SEMARANG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di berbagai wilayah Jawa Tengah (Jateng) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi pada 9 hingga 11 Desember 2024.
"Berdasarkan analisis dinamika atmosfer yang dikeluarkan oleh BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang pagi ini, sejumlah faktor memengaruhi potensi cuaca ekstrem di Jawa Tengah," kata Teguh Wardoyo, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung dikutip dari ANTARA.
Teguh menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama cuaca ekstrem ini adalah aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), yaitu sirkulasi atmosfer skala besar di sekitar wilayah ekuator. Saat ini, MJO berada pada fase 5, yang memicu pembentukan awan konvektif di wilayah Indonesia, termasuk Jawa Tengah.
Selain itu, pola siklonik yang terdeteksi di selatan Sumatra dan Nusa Tenggara Timur turut memengaruhi pertemuan massa udara, perlambatan angin, serta pembelokan arah angin. Kondisi ini berpotensi meningkatkan peluang terjadinya cuaca ekstrem di sejumlah daerah.
"Kelembapan udara yang tinggi di berbagai lapisan atmosfer turut mendukung pertumbuhan awan hujan hingga ke lapisan atas," tambah Teguh.
Ia juga menjelaskan bahwa kondisi atmosfer di Jawa Tengah yang cenderung tidak stabil, ditambah suhu permukaan laut yang hangat di Laut Jawa, meningkatkan penguapan air. Hal ini berkontribusi pada pembentukan awan hujan yang signifikan.
BACA JUGA:
"Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai petir dan angin kencang di beberapa wilayah Jawa Tengah," pungkasnya.
Masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi terkini dari BMKG dan mengambil langkah antisipasi untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem.