Bagikan:

SUKABUMI – Kasus bencana hidrometeorologi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terus meluas. Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman, melaporkan bahwa hingga 4 Desember 2024, bencana yang sebelumnya hanya tersebar di 22 kecamatan kini telah berdampak pada 30 kecamatan.  

“Dari hasil evaluasi tim penanggulangan gabungan, bencana hidrometeorologi didominasi oleh tanah longsor. Namun, dampak terparah disebabkan oleh bencana banjir,” ujar Ade, dikutip dari ANTARA, Kamis, 5 Desember.

Adapun data terbaru kasus kejadian bencana hidrometeorologi untuk bencana tanah longsor terjadi di 63 titik, banjir 30 titik, angin kencang 15 titik, dan pergerakan tanah di 16 titik.

Kemudian untuk jumlah korban terdampak bencana sebanyak 167 Kepala Keluarga (KK) dengan 437 jiwa dan yang mengungsi 92 KK atau 238 jiwa. Selanjutnya untuk jumlah warga yang terancam bencana sebanyak 140 KK dengan 230 jiwa. Korban meninggal dunia satu orang dan masih dalam pencarian dua orang.

Mayoritas kejadian bencana terjadi di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi, sementara di wilayah utara intensitasnya relatif kecil. Pada hari Kamis, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat bersama Danrem 061 Suryakencana dan sejumlah pejabat lainnya melakukan peninjauan langsung ke lokasi bencana.  

Ade menyampaikan bahwa bantuan darurat telah mulai disalurkan secara bertahap kepada para korban, terutama bagi para penyintas bencana pergerakan tanah di Kecamatan Cikembar.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan karena Kabupaten Sukabumi masuk zona merah cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan. Hujan deras disertai angin kencang dengan durasi panjang berpotensi meningkatkan risiko bencana.  

“Masyarakat yang tinggal di wilayah rawan, seperti pesisir pantai, bantaran sungai, dan perbukitan, diharapkan siaga untuk mengurangi potensi kerugian atau korban jiwa,” ucap Ade.