JAKARTA - Polisi masih mendalami motif MAS (14) diduga melakukan pembunuhan terhadap ayah kandungnya, APW (40) dan Neneknya, RM (69) di Perumahan Bona, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu, 30 November.
Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Bidang Psikologi, Rose Mini Agoes Salim menilai, dalam kasus ini terdapat banyak faktor yang pada prosesnya tidak mudah untuk ditelusuri.
Ia pun memberikan salah satu contoh faktor yang mengakibatkan seseorang berhalusinasi, sehingga dapat melakukan sesuatu yang jauh dari kebiasannya sehari-hari.
“Kalau misalnya ada anak, stress yang terlalu jauh, misalnya beban sekolah banyak, harapan orang tua tinggi, lingkungan melihat dia sebagai orang yang selalu pintar, baik, dan sebagainya,” kata Rose saat dikonfirmasi VOI, Rabu, 4 Desember.
“Sampai satu titik, dia misalnya merasa capek, terus kemudian down karena nggak kuat menahan tekanan-tekanan dan harapan-harapan orang, bisa saja dia jadi stress. Stress yang berkepanjangan bisa jadi depresi. Bisa juga depresi ini yang menyebabkan halusinasi,” sambungnya.
Kemudian, faktor halusinasi ini pun memiliki banyak contoh seperti saat seseorang dalam keadaan kelaparan, depresi, gangguan saraf hingga deman tinggi, sehingga dia memiliki pemikiran-pemikiran yang di luar dari kebiasannya.
“Penyebabnya kemungkinan banyak sekali, kita harus lebih banyak asessment terhadap anak ini yang memperdalam,” ujarnya.
BACA JUGA:
“Karena gini, orang yang halusinasi itu adalah orang yang mempersepsikan sesuatu yang diterima oleh panca indera, pendengaran, pengelihatan, terus kemudian juga pengecapan dan sebagainya itu, seolah-olah ada, tapi sebetulnya hal tersebut tidak ada. Tidak ada dalam bentuk nyata. Sehingga yang dia lakukan persepsi yang salah sebetulnya,” tambahnya
Oleh sebab itu Rose menyarankan, untuk para petugas yang menangani remaja tersebut agar tidak terburu-buru menentukan diagnosanya.
“Karena nanti kalau penyebabnya salah, kita tidak mendeteksi dengan benar. Pengobatan atau treatmentnya juga akan nanti jadi salah. Dan penanganan kasusnya jadi salah. (Jadi caranya) Kita kumpulkan data dulu, kita melihat, ibaratnya di checklist dulu ada ini, ada ini, ada ini. Oh ini kemungkinan anaknya jadi ke sana,” ujarnya.
Kepolisian masih mendalami motif pembunuhan yang diduga dilakukan MAS (14) terhadap ayah kandungnya, APW (40) dan Neneknya, RM (69) di Perumahan Taman Bona, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu, 30 November, lalu.
Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi membantah soal motif pembunuhan yang dilakukan remaja SMK di Jaksel itu diakibatkan karena tekanan Pendidikan dari orang tua terhadap terduga pelaku.
Ia menjelaskan, MAS telah mengakui jika diminta untuk belajar oleh orangtuanya. Namun, permintaaan itu bukanlah paksaan, akan tetapi keinginan orang tua pada umumnya agar sang anak menjadi pintar.
“Dia memang disuruh belajar, tapi itu hal biasa bagi anak yang berkonflik dengan hukum ini. Jadi itu memang menjadi kebiasaan dari ibu bapaknya, dia disuruh belajar. Dia bilang 'ini bukan paksaan',” kata Nurma kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Selatan, Selasa, 3 Desember.
Nurma juga menyebut bila MAS mengikuti permintaan orangtuanya karena ia menganggap itu adalah kewajiban, bagi seorang pelajar pada umumnya. Sehingga dia melakukannya dengan senang hati.
“Memang disuruh dari bapak dan ibunya. Tapi dia tidak merasa ditekan, karena dia bilang 'kalau saya belajar saya pintar'. Itu yang diungkapkan anak yang berkonflik dengan hukum. Jadi walaupun dia memang disuruh untuk belajar, tapi dia mengerjakan dengan senang hati,” tutupnya.