Bagikan:

JAKARTA – Pengamat politik dari Undip, Faiz Kasyfilham menilai blunder-blunder yang terjadi dalam panggung debat calon kepala daerah (cakada) di berbagai daerah merupakan cerminan tidak kompetennya para kandidat yang diloloskan parpol.

“Kesalahan artikulasi dan tawaran program bisa menjadi sinyal kesalahan dalam identifikasi masalah. Jika kualitas dasar kepemimpinan ini tidak dimiliki, maka blunder seperti ini tidak terhindarkan,” ujarnya, Minggu 3 November 2024.

Menurut dia, blunder-blunder para kandidat di panggung debat mengindikasikan problem serius dalam rekrutmen calon pemimpin. Sebab di daerah, parpol cenderung memilih kader dan tokoh populer sebagai calon pemimpin.

Selain itu, tak jarang ada calon pemimpin yang merupakan titipan dari oligarki politik lokal. Sementara, sosok-sosok kompeten dikesampingkan karena tak populer, bukan kader parpol, atau bukan mewakili oligarki.

“Setelah reformasi, banyak muncul oligarki politik lokal yang menguasai sumber daya politik dan ekonomi di daerah. Aktor-aktor ini terus berupaya melanggengkan akses atas kuasa melalui pilkada meskipun aktor yang bermain di panggung politik formal berganti,” terang Faiz.

Sebelumnya, banyak komentar dan pernyataan yang dianggap blunder dilontarkan cakada dalam debat pilkada di berbagai daerah. Contohnya dalam debat Pilbup Nganjuk 2024 belum lama ini, calon bupati Nganjuk, Ita Triwibawati menyebut bakal berinovasi mengubah padi menjadi beras.

Contoh lain ditunjukkan calon wakil bupati Tangerang, Irvansyah Asmat dalam debat perdana Pilbup Tangerang, Sabtu 19 Oktober lalu. Saat ditanya kompetitornya, Maesyal Rasyid terkait cara meningkatkan indeks kemandirian fiskal (IKF) Kabupaten Tangerang, Irvansyah malah menjanjikan bakal meningkatkan inflasi. Padahal, inflasi seharusnya ditekan serendah-rendahnya, mengingat inflasi yang tinggi akan mendongkrak kenaikan harga-harga barang.