YOGYAKARTA - Bencana alam merupakan ancaman yang tak dapat dihindari. Untuk meminimalisir dampak buruknya, diperlukan manajemen bencana yang efektif.
Adapun urutan siklus manajemen bencana yang benar yang harus diketahui.
Siklus manajemen bencana terdiri dari beberapa tahap yang saling terkait. Mengerti urutan yang benar dari siklus ini sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat, dari pemerintah hingga individu. Mari kita bahas lebih dalam mengenai urutan siklus manajemen bencana yang tepat.
DIlansir dari laman BMH, manajemen bencana adalah suatu pendekatan sistematis yang bertujuan untuk mengurangi risiko dan dampak negatif dari bencana.
Proses ini melibatkan berbagai tahapan, mulai dari upaya pencegahan sebelum bencana terjadi hingga kegiatan pemulihan setelah bencana berakhir.
Dengan kata lain, manajemen bencana tidak hanya berfokus pada penanganan darurat saat bencana sedang berlangsung, tetapi juga meliputi upaya-upaya proaktif untuk mencegah dan mengurangi risiko bencana di masa mendatang.
Urutan Siklus Manajemen Bencana yang Benar
Dilansir dari laman Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur, manajemen bencana terbagi dalam fase atau tahap pra bencana, sebagai berikut ini:
Pencegahan (Prevention)
Menjadi upaya yang dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana atau mengurangi frekuensi dan dampaknya. Adapun dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:
- membuat peraturan tata ruang wilayah yang baik untuk menghindari pembangunan di daerah rawan bencana.
- Melakukan konservasi lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi risiko bencana alam seperti banjir dan longsor.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mematuhi peraturan yang berlaku.
Sebelum melanjutkan, baca juga artikel yang membahas Mengenal Apa itu Sinkhole, Bencana Lubang Besar yang Menelan Korban Jiwa di Malaysia
Mitigasi Bencana (Mitigation)
Tahap kedua ini merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari bencana yang tidak dapat dihindari. Sebagai contoh:
- Membangun infrastruktur yang tahan bencana, seperti bangunan tahan gempa dan sistem drainase yang baik.
- Membuat peta risiko bencana untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang rentan terhadap bencana.
- Melakukan evakuasi dini terhadap masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
Kesiapsiagaan (Preparedness)
Tahap ini menjadi kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana, baik dalam bentuk individu maupun komunitas, sebagai contoh:
- Menyusun rencana kontingensi bencana yang mencakup langkah-langkah evakuasi, penyelamatan, dan pemulihan.
- Menyediakan peralatan dan perlengkapan darurat, seperti perahu karet, tenda, dan makanan siap saji.
- Melakukan simulasi bencana secara berkala untuk melatih kesiapsiagaan masyarakat.
Peringatan Dini (Early Warning)
Menjadi sebuah sistem yang memberikan informasi tentang potensi terjadinya bencana sebelum bencana tersebut benar-benar terjadi.
Adapun beberapa contoh sistem peringatan dini:
- Membangun sistem pemantauan dini untuk mendeteksi tanda-tanda terjadinya bencana, seperti alat pendeteksi gempa bumi dan curah hujan.
- Menyebarkan informasi peringatan dini kepada masyarakat melalui berbagai media, seperti radio, televisi, dan telepon seluler.
- Tahap Saat Terjadi Bencana
BACA JUGA:
Tanggap Darurat (Response)
Adalah tindakan segera yang dilakukan untuk menyelamatkan korban, mengurangi dampak kerusakan, dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak bencana. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya:
- melakukan pencarian dan penyelamatan korban bencana.
- Memberikan bantuan medis dan makanan kepada korban bencana.
- Memulihkan infrastruktur yang rusak, seperti jalan dan jembatan.
Selain urutan siklus manajemen bencana yang benar, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!