BOGOR - Beberapa laporan kekerasan dan tindak pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan pondok pesantren jadi perhatian banyak pihak. Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin menegaskan pesantren yang demikian perlu diawasi lebih ketat.
"Pesantren itu tentu kita awasi dengan dekat ya, sebenarnya kan pesantren yang ada seperti itu kasus ya, bukan ciri pesantren," kata Wapres Ma'ruf Amin memberikan keterangan pers usai menghadiri peletakan batu pertama pembangunan masjid dan pondok pesantren di Rawagede, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dikutip dari ANTARA, Minggu.
Ia menyampaikan pesantren merupakan tempat untuk mencetak seseorang menjadi berakhlak mulia. Jika ada tindak kekerasan di pesantren, kata dia, maka bukan bagian dari santri yang hendak memajukan pesantren.
"Ketika ada kasus itu, itu penyimpangan. Ini berarti bukan orang pesantren, membangun pesantren, bukan santri dia. Kalau santri kan tidak punya watak seperti itu, jadi itu ada penyelundupan. Penyelundupan, penyelewengan, orang bukan santri menggunakan pesantren menimbulkan masalah," ujar Wapres Ma'ruf Amin.
Oleh sebab itu Wapres meminta agar nantinya ada semacam Dewan Kiai yang bertugas untuk mengawasi pesantren agar tidak terjadi tindak kekerasan.
BACA JUGA:
"Nah ini kita minta nanti juga, nanti ada semacam Dewan Kiai untuk mengawasinya, jangan sampai terjadi hal-hal yang seperti itu," ucap Wapres.
Lebih lanjut Wapres mengatakan keberadaan pesantren sampai saat ini masih penting guna menciptakan orang-orang yang paham agama.
"Kenapa pondok itu perlu? Karena memang pesantren itu tempat mencetak orang-orang yang paham agama, bahasa yang biasa kita gunakan menyiapkan orang yang paham agama. Karena apa? Karena orang yang paham agama itu orang yang melanjutkan perjuangan, karena para ulama ini tidak semuanya hidup selamanya, dia akan meninggal satu-satu, harus ada penggantinya," tutur Wapres.
Sebelumnya Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA) menyebutkan pesantren harus menjadi garda terdepan dalam menciptakan generasi penerus atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia tanpa menggunakan metode kekerasan.
Koordinator Nasional JPPRA Kiai Yoyon Syukron Amin mengatakan hal tersebut merupakan bentuk ketegasan pihaknya dalam menanggulangi kekerasan yang ada di dunia pesantren, seperti yang baru-baru ini terjadi di Aceh Barat.
“Kami sangat prihatin dengan kejadian ini dan mengecam keras segala bentuk kekerasan di lingkungan pesantren. Pesantren harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk belajar, bukan tempat di mana mereka menjadi korban kekerasan,” kata Kiai Yoyon melalui keterangan resminya pada Jumat (4/10).
Sehingga, menurut dia, harus ada evaluasi lebih lanjut mengenai sistem pendidikan yang ada di pesantren agar kejadian serupa tidak terulang kembali pada masa mendatang dan menghilangkan citra buruk dari pesantren.