JAKARTA - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung menanggapi penilaian Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera yang menyebut debat Pilgub Jakarta 2024 tak seseru debat Pilkada DKI pada 2017 lalu.
Saat itu, debat Pilkada diisi oleh adu argumentasi antara Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Dalam putaran kedua Pilkada DKI 2017, debat semakin panas, terutama saat Ahok dan Anies megadu gagasan masing-masing.
Pramono tak mempermasalahkan jika muncul anggapan bahwa debat yang ia dan Rano Karno jalani berhadapan dengan Ridwan Kamil-Suswono serta Dharma Pongrekun-Kun Wardana tidak lebih menarik dari debat Pilkada 2017 lalu.
"Untuk urusan seru (atau) enggak seru kan relatif. Tetapi yang paling penting sekarang ini Pilgub Jakarta lebih riang gembira, lebih happening," kata Pramono di Duri Kepa, Jakarta Barat, Senin, 7 Oktober.
Di satu sisi, Pramono mengapresiasi pandangan Mardani bahwa mantan Sekretaris Kabinet itu lebih banyak mengungkap data dalam menyampaikan argumennya ketimbang Ridwan Kamil.
"Saya terima kasih. jadi, Mardani Ali Sera ini juga temen lama dan dia juga bisanya objektif dalam menyampaikan sesuatu. Maka kalau dia menyampaikan itu, berarti dia sudah mengenal saya lama. Soal data apa pun, memang sehari-hari yang saya pegang, saya catat adalah data," jelas Pramono.
BACA JUGA:
Selepas debat perdana Pilgub 2024 tadi malam, Mardani Ali Sera menilai jalannya debat tak lebih seru dibanding debat Pilkada DKI 2017 lalu. Mardani berharap dua debat pilkada selanjutnya bisa lebih panas.
"Memang masih belum lepas kali ya. Belum. Dulu waktu awal Anies, Ahok, dan AHY itu langsung banyak. Ketika sekarang masih normatif gitu. Saya ngerasain Anies-Ahok menarik, ya. Nah, ini mungkin ke depan bisa lebih tajam lagi," urai Mardani di JIExpo Kemayoran, Minggu, 6 Oktober.
Mardani menilai pembawaan pasangan calon yang diusung PKS, Ridwan Kamil dalam debat nampak "cool", sementara Suswono cukup bijak. Namun, Mardani sebetulnya mengharapkan paslonnya bisa lebih banyak menggunakan data dalam berargumen.
"Mungkin datanya harus lebih dipaparkan. Datanya sudah ada. Tapi Kang Emil mungkin merasa tidak enak. Tadi kayak Mas Pram kan yang (menyinggung) di Bandung itu agak tajam. harusnya Kang Emil paparkan data keberhasilan beliau di Bandung," jelasnya.