Bagikan:

JAKARTA - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung mengungkap adanya kesenjangan sosial dan ekonomi antara megahnya Istana Negara dengan permukiman warga di satu kecamatan yang sama, yakni Gambir, Jakarta Pusat.

Kesenjangan atau disparitas itu Pramono temukan saat blusukan ke perkampungan warga di RW 01, 03, dan 07 Kelurahan Cideng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

"Di Jakarta saja, bahkan di kecamatan Cideng, yang kecamatannya kecamatan Gambir, yang jadi satu dengan Istana, disparitas atau perbedaan itu begitu mencolok sekali antara orang yang kaya dengan orang yang miskin," kata Pramono di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 2 Oktober.

Saat mengunjungi permukiman di Cideng, Pramono mendapat pengaduan dari warga setempat soal lokasi tempat tinggalnya yang cukup membahayakan, yakni persis bersebelahan dengan rel kereta.

"Di Cideng itu persoalan depannya got, belakangnya kereta. Sementara di situ sering terjadi kecelakaan baik di RW 1 RW 3 RW 7 maka udah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk harus ada pagar lah," ucap Pramono.

Pramono mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Pramono, selama 25 tahun berkarier sebagai pejabat negara, mengaku selama ini berpikir kebijakan pemerintah telah membawa kebaikan bagi masyarakat.

Namun, mantan Sekretaris Kabinet itu menyadari penilaiannya belum sepenuhnya benar ketika mengetahui masih ada permukiman kumuh di sekitar Istana.

"Itu mengganggu betul bagi saya pribadi. Sehingga sampai sekarang kadang kala saya melihat, begitu ketidakadilan terjadi karena struktur, yang perlu dilakukan pembenahan," jelas Pramono.

Atas dasar itu, Pramono mengklaim akan mulai menyelesaikan persoalan warga dari yang paling mendasar. Mulai dari penataan permukiman hingga pembukaa lapangan kerja.

"Maka untuk itu, Kalau saya diberi amanah, saya akan mengerjakan yang kecil-kecil, yang dari bawah, yang secara langsung bisa membawa manfaat bagi masyarakat," jelasnya.