YOGYAKARTA - Dalam ilmu perbintangan, dikenal cabang ilmu Astronomi atau falakiyah dan ilmu astrologi atau ilmu nujum. Dua cabang ilmu ini merupakan ilmu yang saling berhubungan erat. Cabang ilmu astronomi atau falak adalah ilmu yang membahas dan menghitung pergerakan benda-benda di langit untuk menentukan arah kiblat, waktu shalat, hilal, dan sebagainya.
Ilmu Nujum: Pengertian dan Fungsinya
Sedangkan ilmu nujum atau astrologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang posisi bintang, bulan, matahari dan benda benda lainnya. Ilmu ini umumnya dimanfaatkan para dukun untuk melihat nasib manusia dangan landasan teori posisi rasi bintang yang menempati wilayah-wilayah di angkasa.
Ilmu perbintangan itu sendiri ada dua jenis; Ilmu Ta-tsier yang meyakini bahwa orbit bintang itu memiliki pengaruh terhadap alam (Astrologi), dan ilmu taysir, atau ilmu yang hanya mempelajari orbit-orbit bintang saja. Ilmu ta-tsier terbagi menjadi beberapa bagian:
- Ilmu Ahawadits Wasy Syurur, memiliki keyakinan bahwa bintang-bintang itu dengan sendirinya dapat memberikan pengaruh dan berlaku sebagai subjek pelaku, dalam arti bintang-bintang tersebut yang menciptakan pengaruh. Dalam Islam, hukumnya adalah syirik besar, sebab pelakunya memiliki keyakinan bahwa ada kekuasaan lain selain Allah, sehingga ia musyrik dengan kemusyrikan besar. Hal ini dikarenakan ia telah menjadikan makhluk yang dibebani hukum sebagai pencipta dan pembuat hukum.
- Mengklaim, bahwa semua bintang-bintang itu menjadi sebab yang menurut mereka dijadikan untuk memahami ilmu atau perkara-perkara gaib/belum terjadi. Mereka mengambil simbol dari gerakan, perpindahan dan perubahan pada bintang-bintang tersebut. Misalnya dengan mengatakan, “Akan terjadi ini dan itu, karena bintang Anu berubah menjadi begini dan begitu. Atau si fulan akan sengsara hidupnya karena ia lahir di putaran bulan ini dan itu. Sementara orang ini akan mendapatkan kebahagiaan, sebab lahir di orbit bulan tertentu. Mereka memanfaatkan ilmu perbintangan itu sebagai sarana untuk mengklaim mengetahui ilmu dan perkara gaib.
Ilmu Taysir
Sedangkan At-taysir merupakan ilmu yang mempelajari peredaran bintang itu sendiri. Ilmu ini hampir serupa dengan ilmu falak, sebab objek dari kedua ilmu ini sama yaitu benda-benda langit dan orbitnya. Hal yang membedakan, ilmu falak mempelajari tentang lintasan benda-benda langit sebagai penentu arah dan penentu waktu di bumi. Adapun ilmu nujum dimanfaatkan untuk mempelajari lintasan benda-benda langit dan digunakan sebagai kemaslahatan kehidupan dunia, misalnya memudahkan arah tujuan, sebagai pengetahuan tentang prediksi berakhirnya musim, kondisi cuaca, penyebaran wabah dan lain sebagainya.
Ilmu taysir dibagi menjadi dua:
- Digunakan untuk kemaslahatan agama, ilmu ini sangat diperlukan sekali, bahkan hukumnya juga wajib, misalnya untuk menunjukkan arah kiblat.
- Digunakan untuk keperluan dunia. Hukumnya mubah atau boleh-boleh saja. Dan dibagi menjadi dua bagian:
Pertama, untuk mengetahui arah, seperti arah kutub utama atau selatan. Hal ini untuk mempermudah siapa pun saat bepergian, karena dapat mengenal arah.
Kedua, untuk mengetahui waktu musim, yaitu dengan mempelajari orbit bulan. Yang satu ini dimakruhkan oleh sebagian ulama, tetapi masih diizinkan oleh yang lainnya. Namun, selama tidak mengandung unsur syirik, sebenarnya boleh-boleh saja.
Kecuali jika dipelajari dan kemudian disisipkan di dalamnya bagaimana mengetahui turunnya hujan dan datangnya cuaca dingin, dengan landasan keyakinan bahwa bintang-bintang itulah yang mengakibatkan kondisi tersebut. Adapun jika sekadar mengetahui waktunya, bahwa saat ini adalah musim semi, gugur atau musim dingin, hal tersebut tidak menjadi masalah.
BACA JUGA:
Pada dasarnya, selama keilmuan yang dipelajari memiliki alasan dan kemaslahatan yang jelas, serta tidak bertentangan dengan koridor syariat, maka hukumnya diperbolehkan untuk belajar.
Adapun jika mempelajari ilmu nujum karena berkeyakinan memiliki fungsi untuk meramal dan lainnya, tentu hal inilah yang sebaiknya diwaspadai. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.