JAKARTA - Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan makin menguat sebagai calon potensial menggantikan Presiden Joko Widodo. Padahal kontestasi Pilpres 2024 masih 3 tahun lagi.
Dalam survei terbaru, Anies menempati posisi pertama untuk jadi calon presiden dengan presentase 15,2 persen. Melewati survei Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Meski tak punya kendaraan partai politik, rasanya Anies tidak perlu bersusah payah menjajakan diri. Pasalnya, pada Pilpres 2019 lalu, Anies sudah mulai diincar beberapa partai. Khususnya, NasDem dan PKS.
Bahkan, desa desus koalisi keduanya sempat tercium kala NasDem dan PKS berpeluk mesra usai bertemu Anies Baswedan.
Pertemuan Anies dan Ketum NasDem
Masih dalam ingatan, Surya Paloh mengundang Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan makan bersama di DPP Partai NasDem, Gondangdia, Jakarta, Rabu 24 Juli 2019 siang.
Menurut Paloh, tidak ada yang istimewa tentang pertemuan tersebut. Dia mengatakan, pertemuan itu sebagai kunjungan adik dan kakak untuk berdiskusi dan bertukar cerita.
Sebagai kakak, Surya Paloh menyarankan Anies Baswedan agar memaksimalkan kualitasnya dalam memimpin Ibu Kota. Bahkan, Paloh menyatakan siap mendukung Anies mengoptimalkan potensinya dalam ranah yang lebih besar lagi.
"Tugas Abang dengan niat baik, nawaitu, berikan dukungan, dorongan, agar potensi dirinya belum dikeluarkan semuanya ini, sudah saatnya ke depan. Doa dan harapan ini mengiringi perjalanan dia, agar bisa memberikan suatu hal yang lebih berarti bagi kemaslahatan kita sebagai satu bangsa," ujar Paloh dalam pertemuan itu.
NasDem, dinyatakan Paloh, siap mendukung Anies di Jakarta baik secara politik, lahiriah dan bathiniah. Paloh juga akan mendukung Anies jika maju pada Pilpres 2024.
"Insyaallah semuanya sejalan dengan arah partai. Insya Allah apabila semua seperti kita harapkan, dukungan tidak hanya datang dari satu kelompok, termasuk satu institusi partai politik seperti NasDem," ungkapnya.
Akan tetapi, kata dia, NasDem tidak bisa sendirian mengusung Anies untuk maju sebagai calon presiden.
"Kita mengharap dukungan para pihak untuk anak-anak bangsa yang memenuhi kapasitas dan kapabilitas pemimpin negeri ini," kata Paloh.
NasDem Peluk Mesra PKS, Rencana Koalisi?
Pasca pertemuan dengan Anies Baswedan, beberapa bulan selanjutnya, Partai besutan Surya Paloh mulai menjalin komunikasi politik dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ketum NasDem Surya Paloh menyambangi Presiden PKS, Sohibul Iman di DPP PKS, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019.
Paloh dan beberapa anak buahnya mendapat sambutan hangat dari Sohibul Iman dan para kader PKS. Dia datang dengan wajah sumringah dan langsung bersalaman hangat. Tak lupa keduanya cipika-cipiki.
"Apa kabar Adinda?" sapa Surya kepada Sohibul di lokasi.
"Alhamdulillah," jawab Sohibul.
Mereka pun langsung melakukan pertemuan internal yang digelar secara tertutup. Mendampingi Surya Paloh, tampak hadir Sekjen sekaligus Menteri Kominfo Jhonny G Plate. Selain itu ada pula Bendahara Umum DPP NasDem Ahmad Ali dan Ketua DPP NasDem Rachmad Gobel.
Usai pertemuan tertutup itu, kedua pimpinan parpol itu masih malu-malu mengungkapkan kemungkinan koalisi. Sohibul Iman menyebut bahwa pertemuannya dengan Paloh dan petinggi Partai NasDem masih sebatas tahap penjajakan.
Sohibul menyebut, pihaknya akan terus membuka ruang diskusi dan komunikasi dengan NasDem. Ia berharap, komunikasi tersebut akan menghasilkan konsolidasi untuk Pilkada 2020 mendatang.
"Nanti kita akan komunikasi, nah dari komunikasi itu mungkin nanti ada peluang untuk kita bekerja sama, misal di Pilkada gitu. Tapi itu belum kami bicarakan hari ini," sebut Sohibul.
Sohibul mengungkapkan, tidak ada pembicaraan khusus mengenai sikap politik kedua partai. Menurutnya, masih terlalu jauh mengaitkan PKS bakal berkoalisi dengan NasDem pada Pilpres 2024.
"Kita belum berbicara tentang bagaimana langkah selanjutnya apalagi berbicara pilpres. Tadi adalah menyamakan persepsi tentang bangsa, tentang berbagai persoalan negeri, jadi baru membangun kesepahaman," ungkapnya.
BACA JUGA:
Kemungkinan 'CLBK' Demi Anies di Pilpres 2024
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun memprediksi PKS dan NasDem akan menjadi partai yang paling berpotensi mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai kandidat calon Presiden 2024.
Refly menyebut PKS adalah salah satu partai yang paling mungkin menjagokan Anies. Pasalnya, partai itu tidak memiliki kader yang cukup menonjol dijagokan sebagai presiden atau wakil presiden pada 2024 mendatang, termasuk Presiden PKS Ahmad Syaikhu.
“Artinya tingkat elektabilitas sang ketua umum (Presiden PKS) dan Sekjen tidak tinggi amat. Karena itu dia membutuhkan figur lain yang dianggap lebih identik dengan PKS,” kata Refly dalam siaran Youtube, Minggu, 28 Februari.
Kedua, lanjutnya, adalah NasDem. Menurut Refly, partai ini sejatinya telah mendukung pencalonan Presiden Jokowi - Ma'ruf sejak awak kontestasi dimulai. Bahkan NasDem disebut pertama kali yang mendeklarasikan mendukung Jokowi pada awal pemilihan presiden.
Selain itu, NasDem berpotensi memilih mengusung Anies setelah melihat peta poltik saat ini. Apabila PDIP dan Gerindra membentuk koalisi pada Pilpres mendatang, NasDem kata Refly tidak akan mendapatkan apapun.
Koalisi yang dimaksud seperti pencalonan Prabowo Subianto - Puan Maharani atau Ganjar Pranowo - Sandiaga Salahudin Uno. Oleh karena itu, NasDem memerlukan sosok yang dapat diusung sebagai Capres.
Sementara itu, menurut pengamat politik Andriadi Achmad, potensi mengusung Anies Baswedan sudah terlihat dua tahun lalu sebelum Pilpres 2019.
Sebab, Anies pernah melakukan pertemuan antara Anies Baswedan dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh di kantor DPP Partai NasDem, Menteng, Jakarta Pusat. Kabar yang beredar, keduanya membicarakan soal Pemilu 2024.
Sedangkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sebut Andriadi, secara sejarah partai Islam itu dekat dengan Anies sejak lama.
Bahkan, mantan Presiden PKS Sohibul Iman, memiliki kedekatan dengan Anies karena sama-sama pernah menjadi rektor Universitas Paramadina.
"Kemudian Pilkada Jakarta yang mendukung kan PKS dan Gerindra. PKS berpeluang tapi tidak mencukupi hanya 8 persen kan butuh sekita 12 persen untuk mencapai 20 persen sebagai (syarat) pencalonan," jelas Direktur Eksekutif Political Communication Studies and Research Centre (PolCom SRC) itu.
Karena perolehan NasDem dan PKS jika mengusung tunggal tak mencukupi, Andriadi menilai keduanya dapat berkoalisi mengusung Anies menjadi Capres 2024.
"Kan NasDem juga tidak cukup, bisa jadi koalisi, bisa bersanding untuk mencalonkan Anies. Tapi elektabilitas Anies harus meroket," pungkas Andriadi.