JAKARTA - Cacar monyet (monkey pox/mpox) merajalela di Afrika. Buktinya, lebih dari 17.000 kasus infeksi mpox dan 517 kematian terkait penyakit tersebut telah dilaporkan di 13 dari 55 negara Uni Afrika sejak awal tahun ini.
Demikian diungkapkan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC), dikutip dari ANTARA, Minggu 18 Agustus.
"Sejak awal 2024, total 17.541 kasus (2.822 terkonfirmasi dan 14.719 diduga) dan 517 kematian akibat mpox telah dilaporkan di 13 Negara Anggota AU," kata Ramaphosa.
Dia melanjutkan, kemunculan kasus mpox juga dilaporkan di tiga negara lainnya di Uni Afrika pekan ini. Kejadian ini akan membawa total negara dalam organisasi itu dengan kasus yang dilaporkan menjadi 16.
"Yang mengkhawatirkan, jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2024 telah meningkat sebesar 160% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023," kata dia.
Menteri Kesehatan Republik Demokratik Kongo (DRC) Roger Kamba menyatakan pada Pada Kamis (15/8/2024), bahwa lebih dari 540 orang telah meninggal akibat mpox di DRC sejak awal 2024, dengan 15.664 kasus potensial dilaporkan di negara tersebut selama periode yang sama.
Sementara itu, pada Rabu 14 Agustus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan wabah mpox di Afrika sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Pada Selasa (13/8/2024), Africa CDC menyatakan darurat kesehatan masyarakat atas wabah tersebut.
Mpox merupakan penyakit infeksi langka yang dapat menular antar manusia. Biasanya penyakit ini bergejala ringan dan sebagian besar orang sembuh dalam beberapa minggu, tetapi beberapa mungkin mengalami komplikasi.
Gejala awal mpox termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, menggigil, dan kelelahan.
Selain itu, bisa juga muncul ruam, seringkali dimulai di wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.