JAKARTA – Di tengah keriuhan pemberitaan pengunduran diri Airlangga Hartarto sebagai Ketum Partai Golkar pada Sabtu 10 Agustus 2024, beredar banyak spekulasi tentang sosok yang bakal menggantikannya. Nama-nama yang beredar mulai Agus Gumiwang Kartasasmita (Waketum Partai Golkar), Gibran Rakabuming Raka, hingga Presiden Joko Widodo.
Spekulasi kemungkinan Jokowi bakal menggantikan Airlangga diperoleh dari e-flyer yang beredar di berbagai platform media sosial. Salah satunya e-flyer yang diberi judul: Skema Munas Golkar Mei 2024 demi Memenangkan Pilkada Seluruh Indonesis 2024.
Dalam poster digital tersebut, Jokowi ditempatkan dalam posisi Ketum Partai Golkar. Di bawahnya ada Ahmad Doli Kurnia Tanjung sebagai Sekjen, dan Bahlil Lahadalia sebagai Bedahara Umum.
Sinyal bahwa Jokowi bakal memimpin sebuah partai politik yang sudah mapan dan besar, mencuat sejak akhir Mei lalu. Salah satunya yang keluar dari mulut Bendahara Umum Relawan Pro Jokowi (Projo), Panel Barus pada 31 Mei lalu.
“Dengan Pak Jokowi memimpin partai politik, pasti partai politik yang dipimpin Pak Jokowi akan mengamankan, mengawal sepenuhnya, pemerintahan terpilih Prabowo-Gibran,” kata Panel di Kantor DPP Projo, Pancoran, Jakarta Selatan pada Jumat 31 Mei 2024.
BACA JUGA:
Panel tidak menjawab parpol mana yang bakal dipimpin Jokowi. Namun dia memberikan clue, bukan partai yang selama ini identik atau pun berseberangan dengan Presiden ke-7 Indonesia itu.
“Enggak mungkin PDIP, enggak mungkin juga PKS,” ujar Panel lagi.
Sejak hubungan dengan PDIP memburuk, Jokowi memang sempat ditawari untuk masuk ke Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Namun Jokowi selalu menampik, dengan mengatakan ingin kembali ke Solo seusai menuntaskan jabatannya pada Oktober 2024.