JAKARTA - Venezuela menyelidiki dugaan pidana para pemimpin oposisi yang ikut serta dalam pemilu bulan lalu karena menghasut pejabat polisi dan militer untuk melanggar hukum.
Pengumuman Jaksa Agung Tarek Saab ini menyusul surat yang diunggah di jejaring sosial X oleh kandidat oposisi Edmundo Gonzalez dan pemimpin Maria Corina Machado yang menyerukan pasukan keamanan untuk "berpihak pada rakyat" dan menghormati hasil pemilu yang mereka menangkan.
Deklarasi kemenangan Presiden Nicolas Maduro dalam Pemilu tanggal 28 Juli memicu protes kemarahan dari rakyat Venezuela di seluruh negeri selama sepekan terakhir. Massa anti-Maduro menuntut presiden itu mundur dan mengakui kemenangan Gonzalez.
Pasukan keamanan Venezuela mulai menargetkan orang-orang yang diduga sebagai pelaku kejahatan kekerasan selama protes.
Tiga kelompok advokasi mengatakan kepada Reuters pasukan keamanan menangkap pengunjuk rasa, termasuk anak di bawah umur, yang menurut mereka tidak didampingi pengacara dan dalam beberapa kasus dituduh melakukan terorisme.
Maduro dan pejabat lainnya menyebut "knock-knock" sebagai cara untuk menyasar mereka yang berada di balik kekerasan dalam protes tersebut, yang mereka gambarkan sebagai "penjahat fasis."
“Operasi knock-knock adalah nama yang diberikan oleh juru bicara pemerintah tertentu, secara informal, untuk meningkatnya penindasan,” kata Gonzalo Himiob, wakil presiden kelompok advokasi hukum Foro Penal.
Disebut knock-knock karena itu adalah ketukan pintu yang diterima pada dini hari.