Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu. Pengunduran diri ini setelah bentrokan terbaru anti-Hasina yang menewaskan puluhan orang.

Dilansir Reuters, Senin, 5 Agustus, Panglima Angkatan Darat Jenderal Waker-Us-Zaman mengatakan dalam pidatonya di televisi, Hasina (76 tahun) telah meninggalkan negara itu dan pemerintahan sementara akan dibentuk.

Laporan media mengatakan Hasina terbang dengan helikopter militer bersama saudara perempuannya dan menuju ke negara bagian Benggala Barat di India timur, tepat di seberang perbatasan.

Laporan lain mengatakan dia menuju ke negara bagian Tripura di timur laut India.

Reuters tidak dapat segera memverifikasi laporan tersebut.

Tayangan televisi menunjukkan ribuan orang turun ke jalan di ibu kota Dhaka dengan gembira dan meneriakkan slogan-slogan.

Ribuan orang juga menyerbu kediaman resmi Hasina 'Ganabhaban', meneriakkan slogan-slogan, mengacungkan tinju dan menunjukkan tanda-tanda kemenangan.

Tayangan televisi menunjukkan kerumunan orang di ruang tamu kediaman tersebut, dan beberapa orang terlihat membawa televisi, kursi, dan meja dari salah satu bangunan paling terlindungi di negara tersebut.

“Dia telah meninggalkan negara ini, meninggalkan negara ini,” teriak beberapa orang.

Para pengunjuk rasa di Dhaka juga naik ke atas patung besar pemimpin kemerdekaan Sheikh Mujibur Rahman, ayah Hasina, dan mulai memahat kepalanya dengan kapak, menurut gambar visual.

Aktivis mahasiswa sebelumnya menyerukan demonstrasi ke ibu kota Dhaka pada Senin yang melanggar jam malam nasional untuk menekan Hasina agar mengundurkan diri, sehari setelah bentrokan mematikan di seluruh negeri yang menewaskan hampir 100 orang. Sekitar 150 orang tewas dalam protes bulan lalu.

Pada Senin, dilaporkan enam orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di daerah Jatrabari dan Dhaka Medical College pada hari Senin, surat kabar Daily Star melaporkan.

Bangladesh dilanda protes dan kekerasan yang dimulai bulan lalu setelah kelompok mahasiswa menuntut penghapusan sistem kuota yang kontroversial dalam pekerjaan pemerintah.

Hal ini meningkat menjadi kampanye untuk menggulingkan Hasina, yang memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut pada Januari dalam pemilu yang diboikot oleh oposisi.