JAKARTA - Kementerian Kesehatan Maroko mencatat 21 kematian akibat gelombang panas. Sebanyak 17 korban meninggal di antaranya telah menerima perawatan di rumah sakit.
Mengutip Anadolu via Antara, berdasarkan data Rumah Sakit Pusat Regional Beni Mellal, mayoritas korban meninggal adalah lansia dan pasien yang memiliki riwayat sakit kronis.
Peningkatan suhu yang signifikan dilaporkan memperburuk kondisi kesehatan mereka, yang pada akhirnya menyebabkan kematian.
Sebelumnya pada hari itu, Kementerian Kesehatan Maroko memberitahukan rencana untuk menerapkan "langkah-langkah mendesak untuk mengurangi dampak gelombang panas tinggi terhadap kesehatan masyarakat."
Pada Minggu 21 Juli, Direktorat Meteorologi Maroko mengeluarkan peringatan bagi warga, meramalkan suhu yang dapat mencapai 46 C di beberapa wilayah pada Rabu.
Direktorat itu mengimbau warga untuk berhati-hati selama periode panas ekstrim ini.
Maroko, negara Afrika Utara dengan iklim Mediterania, sedang bergulat dengan suhu musim panas yang semakin tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Peningkatan suhu ini juga menyebabkan peningkatan kebakaran hutan, sehingga memberikan tantangan tambahan bagi negara tersebut.