JAKARTA - Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal dikabarkan akan terus menjalani administrasi pemerintahan usai pengunduran dirinya diterima oleh Presiden Emmanuel Macron.
Macron telah menerima pengunduran diri Attal menyusul kekalahan Partai Sayap Tengah pada pemilu legislatif (pileg) putaran kedua.
“Perdana Menteri Gabriel Attal menyampaikan pengunduran diri pemerintahnya kepada Presiden Emmanuel Macron yang menerimanya hari ini,” kata pemerintah Prancis di media sosial X dilansir ANTARA, Rabu, 17 Juli.
Attal akan terus menangani urusan pemerintahan saat ini hingga pemerintahan baru terbentuk.
Dia mengajukan pengunduran dirinya pada 8 Juli, setelah pemilu putaran kedua. Namun, Macron memintanya untuk terus menjalankan posisinya untuk saat ini guna menjamin stabilitas negara, kata sumber di Istana Elysee kepada lembaga penyiaran BFMTV.
Aliansi sayap kiri New Popular Front (NFP) yang diperkirakan memperoleh kursi terbanyak di Majelis Nasional yang merupakan majelis rendah pada Parlemen Prancis, mulai mencari kandidat untuk diusulkan sebagai perdana menteri.
Kerja keras tersebut menyebabkan perbedaan pendapat, bahkan perpecahan di dalam NFP, yang sedang mencari nama yang kuat untuk diberikan kepada Macron.
Partai politik mengkritik keras Macron karena menolak pengunduran diri Attal, menunda proses, dan menyebabkan ketidakstabilan di negara tersebut.
NFP dapat memenangkan lebih dari 180 kursi. Sedangkan aliansi tengah, Together for the Republic yang didukung oleh Macron, menempati posisi kedua dengan lebih dari 160 kursi. Lalu, National Rally (RN) yang dipimpin Marine Le Pen memperoleh lebih dari 140 kursi.
Majelis Nasional memiliki 577 kursi dan tidak satu pun dari tiga aliansi utama diperkirakan akan memenangkan mayoritas absolut dari 289 anggota parlemen.
BACA JUGA:
Putaran pertama diadakan pada tanggal 30 Juni dan 76 kandidat terpilih tanpa putaran kedua.
RN memperoleh 29,26 persen suara saja (37 kursi), angka yang meningkat menjadi lebih dari 33 persen jika digabungkan dengan sekutunya. NFP mendapat 28,06 persen (32 kursi), diikuti oleh Together for the Republic dengan sedikit di atas 20,04 persen (dua kursi).
Macron membubarkan parlemen dan mengumumkan pemilihan awal setelah RN memenangkan lebih dari 31 persen suara dalam pemilihan Parlemen Eropa pada tanggal 9 Juni, mengalahkan blok tengahnya.