Bagikan:

JAKARTA - Pegi Setiawan mengaku mengalami tindak kekerasan selama proses pemeriksaan di Polda Jawa Barat, bentuknya pemukulan hingga ancaman.

Pengakuan itu disampaikan Pegi Setiawan usai bebas dari penahanan seiring gugatan praperadilan soal penetapannya sebagai tersangka kasus dugaan pembunuhan Vina dan Eky dikabulkan.

Bermula saat kuasa hukumnya, Toni RM mempertanyakan ada tidaknya perlakuan kasar yang dialaminya ketika di Polda Jawa Barat. Pegi dengan lantang menyebut hal itu dialaminya.

"Ada, semacam kata-kata kasar banyak sekali, ancaman ancaman banyak sekali," ucap Pegi dikutip Selasa, 9 Juli.

Pegi juga menyampaikan bila sempat dipukul di bagian mata sebelah kanan. Luka yang dialaminya itu sempat diperlihatkan kepada kuasa hukumnya.

Bahkan, pemuda itu menyampaikan tindak kekerasan yang dialaminya itu dilakukan oleh "penguasa".

"Selain itu saya pernah dipukul bagian mata sini, sebelah kanan, pernah liat bu Yanti waktu ditunjukin. Itu salah satu yang penguasa gedung itu," ujar Pegi.

Toni mempertanyakan sosok penguasa yang dimaksud. Mungkin, kliennya itu dipukul oleh sesama tahanan.

Hanya saja, Pegi menyatakan sosok yang memukulnya bukan tahanan. Tapi, seorang penguasa di gedung pemeriksaan.

"Penguasa? Oh tahanan?" tanya Toni.

"Bukan, yang itu yang di penyidik yang di penyidik, yang ibaratnya penguasa, polisi lah," jawab Pegi.

Pegi tak mengetahui apa alasan sosok penguasa itu memukulnya. Tapi, ia ingat para penyidik sempat menudingnya sebagai manusia yang tak punya hati nurani karena telah membunuh Vina dan Eky.

Dikatakan, pada momen itu ia hanya bisa terdiam. Sebab, Pegi tak tahu dan merasa tidak terlibat apapun dalam sengkarut kasus pembunuhan Vina dan Eky.

"Saya tidak menjawab karena saya merasa tidak bersalah jadi saya diam saja. Saya sering disebut Perong kalau saya tidak melihat, saya dicaci maki kalo saya tidak melihat, kalo saya melihat saya dianggap 'kamu emang perong' gitu," ucap Pegi menceritakan kondisi saat itu.

Pegi pun mengaku pasrah dengan kondisi itu. Meski, mentalnya hancur dengan adanya kasus yang menyeretnya.

"Saya hanya bisa pasrah di situ, saya tidak bisa tidur hampir dua malam, mental saya jatuh," kata Pegi.