Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) PKB Jazilul Fawaid menjelaskan alasan partainya tak bersikukuh mengusung kader partai dalam Pilgub DKI Jakarta sebagai pendamping Anies Baswedan.

Sejatinya, semua partai yang memiliki kursi legislatif untuk pengusungan pasti menginginkan kadernya dimajukan dalam pilkada.

Hanya saja, Jazilul menyebut PKB terlebih dahulu harus mempertimbangkan tarik ulur pencalonan yang nantinya disepakati bersama partai-partai koalisi.

Hal ini diungkapkan Jazilul di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Selasa, 7 Juli malam.

"Saya sering ditanya, apakah Pak Anies harus didampingi oleh kader PKB? Ya maunya dari kader PKB. Maunya. Tapi apa partai yang lain mau?" ungkap Jazilul.

Di satu sisi, Jazilul juga mengaku PKB tak memiliki kader yang punya elektabilitas tinggi di bursa calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta.

"Apakah ada kader PKB? Banyak. Banyak kader. Tapi apakah punya elektoral? Itu juga soal," tutur dia.

PKB, ditegaskan Jazilul, masih membuka ruang komunikasi dengan parpol lain untuk menentukan siapa yang bakal mendampingi Anies maju dalam kontestasi Pilkada Jakarta.

"Semakin besar koalisi, akan semakin memudahkan untuk menang, itu DKI. Jadi hari ini, PKB tetap akan membuka diri, selaku partai yang pertama kali mengusung Pak Anies, akan berkomunikasi juga dengan partai-partai lain," ujarnya.

Sehingga, Jazilul meminta Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk tak ngotot memasangkan Anies Baswedan dengan kadernya, Sohibul Iman menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Menurut Jazilul, pemilihan figur yang tepat menjadi pasangan Anies Baswedan di Pilgub DKI Jakarta 2024 masih perlu dibahas. Bukan hanya antara PKS dan PKB, melainkan juga partai politik lainnya yang berpeluang menjalin koalisi.

"Kepada teman-teman PKS bersabar dulu, untuk kemudian duduk bareng-bareng bersama partai yang lain, supaya enggak ngunci dua partai aja," pungkas dia.