Bagikan:

ANKARA - Komisi Konsultatif Nasional Hak Asasi Manusia Perancis (CNCDH) dalam sebuah laporan mengumumkan bahwa kasus rasisme melonjak 32 persen pada tahun 2023 berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri Perancis.

Peningkatan terbesar, sebagaimana dilaporkan Anadolu pada Sabtu, terjadi pada kasus rasis antisemitisme, yaitu sebesar 284 persen. Laporan juga mencatat toleransi terhadap semua kelompok minoritas di Perancis turun pada tahun 2023, khususnya bagi komunitas Yahudi, dan Muslim adalah kelompok yang paling tidak ditoleransi.

Lonjakan angka-angka tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober dan polarisasi perdebatan mengenai suaka dan migrasi.

Dilansir dari Anadolu, CNCDH menambahkan bahwa sejuta orang menjadi sasaran setidaknya satu serangan rasis pada tahun 2023, menurut angka dari kantor statistik.

Selain itu, lebih dari separuh warga Perancis, yaitu 51 persen, menganggap tidak betah lagi berada di Perancis. Temuan itu naik delapan poin dibandingkan musim semi 2022

Dikatakan pula bahwa 56 persen penduduk Perancis, tujuh poin lebih tinggi dibandingkan pada musim semi tahun 2022, mengonfirmasi bahwa terdapat terlalu banyak imigran di Perancis.

CNCDH menuturkan bahwa angka-angka tersebut mencerminkan konteks terkini mengenai suasana politik dan sosial dengan bangkitnya partai sayap kanan National Rally (RN) yang memperoleh lebih dari 30 persen suara dalam pemilihan Parlemen Eropa pada bulan Juni.

Kemenangan RN mendorong Presiden Perancis Emmanuel Macron untuk mengakui kekalahan blok sentrisnya, membubarkan parlemen, dan mengumumkan pemilu sela.

Pemimpin RN Jordan Bardella mengatakan partainya akan fokus pada migrasi, dan menekankan bahwa masalah itu memberikan beban yang tidak dapat ditanggung pada keuangan publik dan sistem jaminan sosial.

Pemilu Parlemen Eropa akan diadakan dalam dua putaran, putaran pertama pada 30 Juni dan putaran kedua pada 7 Juli.