Bagikan:

JAKARTA - Pemprov DKI menunda operasi pasar murah yang telah berjalan beberapa hari. Penundaan ini karena masyarakat tak bisa menjaga kebijakan social distancing (pembatasan sosial) saat operasi  berlangsung. Upaya social distancing diperlukan untuk pencegahan penularan virus corona atau COVID-19. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menyebut, lebih baik Pemprov DKI menjual sembako murah dengan pola distribusi dari rumah ke rumah untuk mencegah orang berkumpul.

"Paling tepat menggunakan pola antar ke rumah. Tapi, itu perlu data yang akurat. Jika tidak ada paling gampang emang paling mudah menyerahkan mandat kepada RT dan RW," ungkap Nailul dihubungi VOI, Senin, 23 Maret. 

Sementara, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, cara lain yang bisa dilakukan Pemprov DKI adalah melakukan operasi di pasar induk, dengan menjual sembako murah untuk pedagang. Setelah itu, para pedagang akan menjualnya kepada masyarakat dengan harga yang tidak jauh beda. Dengan begini, antrean warga bisa diminimalisasi. 

"Kalau mau operasi pasar, tidak perlu di masyarakat, tapi operasi di pasar induk, di mana pedagang besar ada disana. Itu lebih efektif dan tidak ada warga yang antre," kata Bhima.

Operasi pasar murah telah berlangsung sejak Rabu, 18 Maret. Awal operasi ini dibuka, situasi berjalan aman dan lancar. Warga mengikuti imbauan social distancing dengan menjaga jarak tiap satu meter dengan warga lain yang mengantre di depan dan dibelakangnya. Namun, beberapa hari berikutnya, warga mulai takut kehabisan sembako dan tak lagi mengikuti imbauan tersebut.

Harga sembako murah di antaranya, gula Rp12.500 per kilogram, beras Rp8.500 per kilogram, minyak goreng Rp11.500 per liter, tepung terigu Rp8.500 per kilogram, dan telur ayam ras Rp23.000 per kilogram. 

"Pada hari kelima (Minggu, 22 Maret) situasi menjadi terkendala, karena antusiasme warga yang berakibat tidak menjaga jarak aman (social distancing)," kata Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) DKI, Elisabeth Ratu Rante Allo kepada wartawan, Minggu, 22 Maret. 

Ilustrasi (Ilham Amin/VOI)

Penundaan operasi pasar murah terdapat di sepuluh lokasi yang tersebar di lima kota administratif, yakni Pasar Pal Meriam, Pasar Cidodol, Kantor Kecamatan Tanah Abang, Pasar Pademangan Barat, Pasar Tambora, Pasar Pondok Bambu, Pasar Bukit Duri, Pasar Gondangdia, Pasar Tugu, dan Pasar Slipi.

Penundaan berlaku pada Senin, 23 Maret dan Selasa 24 Maret. Dalam dua hari ini, Dinas PPKUKM mengevaluasi langkah mereka dalam menekan lonjakan harga kebutuhan sehari-hari warga. 

Ratu bilang, operasi pasar murah ini akan diperketat, sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan WHO, Pemerintah Pusat, dan Pemprov DKI Jakarta. Hal ini dimaksudkan agar warga selalu mewaspadai penularan virus yang berasal dari negeri China tersebut. 

"Harus ada social distancing 1 (satu) meter, serta akan dipastikan setiap yang datang memakai masker," ungkap Ratu. 

"Harapannya, masyarakat tetap aman dan terjamin untuk mendapatkan kebutuhan pangan (beras, minyak, dan gula) yang mulai langka di tengah wabah COVID-19," tambah dia.