JAKARTA - Seorang siswa SMK di Tangerang Selatan (Tangsel) bernama Naufal Athallah yang diminta lepas alat bantu dengar (ABD) saat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Indonesia (UI) dinyatakan gagal masuk Perguruan Tinggi Nasional (PTN).
Naufal menceritakan kejadian yang dialaminya saat diminta lepas alat bantu dengar saat UTBK di UI pada 14 Mei lalu.
Berawal saat dirinya tengah menghafalkan rumus-rumus pelajaran Matematika sebelum memulai UTBK di UI. Ia mengaku mendengar ada tiga orang yang membicarakannya, lantaran menggunakan alat bantu dengar.
Sesaatnya hendak masuk ke dalam kelas, ia bertanya kepada panitia soal alat bantu dengarnya apakah boleh atau tidaknya digunakannya saat ujian.
“Saya mau masuk ruang ujian, saya ijin tanya ke panitia, apakah saya boleh mengikuti ujian menggunakan alat bantu dengar, saya tuna rungu,” ungkap Naufal saat ditemui di sekolahnya, SMK 2 Pondok Aren, Tangerang Selatan, Sabtu, 22 Juni.
“Tanya panitia, dia jawab “nanti kalau sedang ujian di lepas aja, yaudah saya lepas, takutnya gak bisa ikut ujian, gak keluar hasil UTBK karena ada alat mencurigakan, saya lepas alat bantu dengarnya, saya taruh tas, saya ke meja ujian,” sambungnya.
Setelah itu, panita memberikan arahan terkait pelaksanaan ujian, Naufal pun mengaku kebingunan. Lantaran alat bantu dengarnnya telah diminta untuk dilepas, sehingga dirinya tidak dapat mendengar apapun terkait arahan yang diberikan panitia.
“Disitu ada pengarahan sebelum ujian, udah gak pake alat bantu dengar, saya merasa bingung, tapi gak dengar apa apa, panitia ngomong. Saya mulai fokus bacaan gerakan bibir panitia, saya agak bingung panitia ngomong apa,” ucapnya.
BACA JUGA:
Setelah dimulainya UTBK, Naufal mengakui saat mengerjakan soal-soal ujian menjadi kesulitan. Lantaran kehilangan fokus akibat alat bantu dengarnya yang dilepas. Sebab terdengar suara yang mengakibatkan hilang fokus.
“Kalau gak pake alat bantu dengar, keseimbangan saya turun, jadi kaya gak fokus, ada bunyi enggggggg,” katanya.
Terlebih soal ujiannya berbeda dengan apa yang selama ini Naufal pelajari. Sehingga menambah kesulitannya untuk mengerjakan soal ujian tulis berbasis komputer tersebut.
“Saya gak fokus. Soalnya juga berbeda tapi saya tetap mengerjakan, saya lupa rumus, yang saya baca keluar, saya fokus baca doa, saya hilang arah,” ungkapnya.
Akibat peristiwa ini, nilai yang didapatnta tidak terlalu tinggi. Sehingga ia gagal masuk ke perguruan tinggi UI
Dalam kesempatannya, Naufal berharap untuk UTBK tahun 2025, bagi penyandang disabilitas, agar diberikan kemudahan untuk tidak mengharuskan melepas alat bantunya.
“Harapannya buat UTBK 2025 saya harap ini ada opsi untuk penyandang disabilitas. Gak mempermasalahkan menggunakan alat bantu dengar, biar bisa fokus ngerjainnya, teliti. Karena kalau dilepas keseimbangan menurun,” tandasnya.