Bagikan:

JAKARTA - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta para petugas haji tetap menyiapkan mitigasi potensi kepadatan di Muzdalifah kendati ada skema murur.

"In case, kita tidak tahu apa yang terjadi ya, terjadi kepadatan seperti tahun lalu, yang tengah hari baru evakuasi jemaah, apa kira-kira yang akan dilakukan?" ujar Menag Yaqut di Makkah, Arab Saudi, Antara, Rabu, 12 Juni. 

Pernyataan tersebut disampaikan Menag Yaqut saat meninjau lokasi puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Khusus di Muzdalifah, Menag mengecek kesiapan maktab, toilet, serta layanan lainnya.

Menag Yaqut memberi perhatian khusus soal lokasi pembangunan toilet baru di Muzdalifah yang memakan lahan hingga 2 hektare. Pembangunan tersebut berimbas pada luas lahan yang ditempati jamaah.

Apabila tahun lalu lahan per orang sekitar 54 cm, saat ini hanya 29 cm apabila semua peserta haji Indonesia dimasukkan ke Muzdalifah.

"Tentu saja dengan luas ini tidak memungkinkan jamaah bisa nyaman untuk mabit, sehingga kami ambil skema murur," kata dia.

Sementara itu, Kepala Satuan Operasi Armuzna PPIH Arab Saudi Harun Arrasyid mengatakan apabila terjadi kepadatan di Muzdalifah, pihaknya akan menerapkan percepatan pemberangkatan dari Arafah ke Mina.

"Jika memang kondisi padat, maka kami akan koordinasi dengan PIC di Arafah untuk mempercepat proses keberangkatan jamaah dari Arafah ke Mina. Kalau memungkinkan murur semua," katanya.

Pihak masyariq, Amin Indragiri mengatakan murur di Muzdalifah bisa saja dilakukan, namun itu tergantung keputusan Pemerintah Indonesia.

Sebanyak 55 ribu calon haji akan menjalankan skema murur. Ada empat kriteria yang diprioritaskan menjalankan skema murur, yaitu lansia, jamaah berisiko tinggi, disabilitas, dan pendampingnya.