YOGYAKARTA – Masyarakat mulai mengenal suku Awyu dan suku Moi. Kedua suku yang ada di Papua tersebut dianggap jadi pemicu munculnya kampanye All Eyes on Papua yang banyak beredar di media sosial Instagram.
Kampanye All Eyes on Papua sendiri diikuti oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Bahkan, poster All Eyes On Papua juga diunggah sejumlah artis seperti Irish Bella dan Syahrini. Di luar dari itu, bagaimana sebenarnya suku Awyu dan Moi sebenarnya?
Mengenal Suku Awyu dan Moi
Suku Awyu atau sebagian ditulis dengan ejaan Auyu adalah salah satu suku yang menghuni tanah Papua. Suku tersebut ada di dua wilayah yakni Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan. Suku tersebut menempati desa yang damai dengan tanah gambut, rawa, dan mereka memilih untuk meninggali wilayah bersungai seperti seperti Sungai Edera, Sungai Kia, dan masih banyak lagi.
Dalam buku yang berjudul Manusia Irian: Dahulu — Sekarang — Masa Depan yang ditulis oleh DR. Jan Boelaars, MSC dikatakan bahwa suku Awyu tidak terlalu berhasrat untuk perang. Bahkan mereka lebih memilih menyingkir saat diusik oleh suku lain.
Serupa, dilansir dari The Awyu Tribe: Suing the State, Defending Indigenous Forest dijelaskan pula bahwa suku Awyu adalah masyarakat yang cinta damai. Bahkan nama Awyu diambil dari ungkapan lokal yang artinya adalah perdamaian.
Boelaars mengatakan saat masa perang suku terjadi, masyarakat Awyu memilih untuk migrasi dan menghindari dari perang. Wajar jika suku tersebut tersebar tidak hanya di satu wilayah saja.
Suku Awyu punya bahasa mereka sendiri dengan jumlah penutur kurang lebih 18.000 orang. Suku ini juga bertetangga dengan suku Asmat di sebelah utara, dan bertetangga dengan suku Citak di sebelah timur, serta dengan Yaqai di sebelah Selatan.
Sedangkan suku Moi adalah suku yang menempati Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.
Dilansir dari situs Indonesia.go.id, suku ini hanya tinggal di satu kampung kuno yakni Kampung Maladofok, lokasinya sekitar dua kilmeter arat barat Desa Malaumkarta, Makbon. Karena bencana alam, masyarakat Moi kemudian mengungsi ke beberapa daerah yang saat ini disebut dengan Malaumkarta Raya.
Suku Moi sendiri dikenal sebagai suku yang gemar melaut. Bahkan mereka memiliki perahu khas adat tradisional. Perahu Moi punya ciri yakni terdapat bangunan seperti rumah untuk melindungi diri dari cuaca serta menyimpan logistik. Selain itu perahu Moi dibuat dari kayu selawaku.
Perjuangan Suku Awyu dan Moi Mempertahankan Hutan
Baik suku Awyu dan Moi saat ini sama-sama tengah disorot karena mereka mencoba mempertahankan hutan yang jadi tempat tinggal lantaran terancam digusur oleh perkebunan sawit.
Poster bertajuk "All Eyes on Papua" merujuk permintaan masyarakat adat Awyu dan Moi agar pemerintah mengembalikan dan menyelamatkan hutan Papua dari pembukaan perkebunan sawit.
BACA JUGA:
Suku Awyu memprotes adanya pembukaan lahan sawit lewat upaya Proyek Tanah Merah. Proyek tersebut dioperasikan oleh beberapa perusahaan yakni PT MJR, PT KCP, PT GKM, PT ESK, PT TKU, PT MSM, dan PT NUM.
Serupa, suku Moi juga tengah berjuang mempertahankan hutan mereka. Adalah PT SAS yang melakukan penggundulan hutan seluas 18.160 hektar hutan adat untuk ditanami sawit.
Selain mengenal suku Awyu, kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.