Bagikan:

JAKARTA - Tiga orang tewas akibat kerusuhan di Kaledonia Baru terkait perubahan aturan pemungutan suara di wilayah yang dikuasai Prancis itu.

Ketiga orang yang tewas adalah pemuda penduduk asli Kanak, kata juru bicara presiden Kaledonia Baru Louis Mapou, mengutip informasi yang diberikan oleh polisi.

Dilansir Reuters, Rabu, 15 Mei, kerusuhan sebelum anggota parlemen di Paris pada Selasa, 12 Mei, menyetujui rancangan undang-undang yang mengizinkan penduduk Prancis yang tinggal di Kaledonia Baru selama 10 tahun untuk memberikan suara dalam pemilihan provinsi – tindakan yang menurut beberapa pemimpin lokal akan melemahkan suara orang Kanak.

“Warga diteror, dipersenjatai dan diorganisir untuk melakukan aksi malam ini dan melindungi rumah mereka,” kata Lilou Garrido Navarro Kherachi, 19, yang berkendara di sekitar blokade pengunjuk rasa di ibu kota pulau itu, Noumea.

Dia mendengar suara tembakan dan melihat mobil dan bangunan terbakar, termasuk reruntuhan klinik hewan tempat para tetangga mengevakuasi hewan-hewan tersebut sebelum api menjalar. Toko-toko dan sekolah tetap tutup pada Rabu, 15 Mei.

Polisi kalah jumlah dibandingkan pengunjuk rasa, katanya kepada Reuters.

“Masalah sebenarnya adalah anak-anak muda yang membakar, dan menjarah. Kami tidak melihat ada polisi yang dikerahkan di lokasi,” katanya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Louis Mapou dari Kaledonia Baru menyerukan ketenangan dan dialog. Macron akan memimpin pertemuan atas kondisi ini. Beberapa politikus mendesaknya untuk mengumumkan keadaan darurat.