NasDem Bantah Dukung Prabowo Karena Tak Tahan Oposisi, Singgung soal Kemuliaan
Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka/DOK Instagram @prabowo

Bagikan:

JAKARTA - Sekjen Partai NasDem Hermawi Taslim membantah keputusan partainya mendukung dan bergabung ke pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka lantaran tak tahan oposisi. 

Hermawi juga menepis jika Ketua Umum NasDem Surya Paloh ingin terus berada di kekuasaan untuk mengamankan kepentingan bisnisnya. Dia pun menyinggung soal kemuliaan baik menjadi oposisi maupun koalisi. 

"Bagi NasDem, di dalam atau diluar pemerintahan (oposisi), masing-masing memiliki kemuliaannya sendiri-sendiri," ujar Hermawi kepada VOI, Selasa, 30 April. 

Hermawi menegaskan, pertimbangan utama NasDem dalam mengambil posisi adalah soal di mana NasDem lebih bisa memainkan posisi demi pengabdiannya bagi nusa dan bangsa. 

"Dalam konteks ini, NasDem memastikan lebih optimal memberi kontribusi bagi pembangunan jika mendukung pemerintahan," tegas Hermawi. 

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, mengatakan Partai NasDem merupakan partai pragmatis yang butuh kekuasaan untuk kepentingan ekonomi bisnis bahkan hukum. Disamping memang, NasDem tidak punya tradisi dan DNA oposisi. 

"NasDem tidak punya tradisi oposisi, tidak punya DNA oposisi walaupun partai lahir pasca reformasi, PKS punya. Dalam konteks itu saya lihat, NasDem nanti ujungnya koalisi ke pemerintahan Prabowo-Gibran, termasuk PKB juga sama," ujar Ujang saat dihubungi VOI, Selasa, 30 April. 

"Kenapa seperti itu? Karena kebutuhan berkuasa, karena berkuasa enak punya semua hal, baik dalam konteks ekonomi, hukum, bisnis bisa didapatkan ketika berkuasa," sambungnya. 

Menurut Ujang, NasDem tak tahan oposisi karena beresiko pada keberlangsungan ekonomi dan bisnisnya, serta persoalan hukum ke depan. Berada di luar pemerintahan bagi NasDem, sama saja mempersulit partai dan menderita.  

"Oposisi itu kan dikerjai, sulit, susah, menderita maka tidak banyak partai mengambil pilihan oposisi, dan disitulah kunci mengapa banyak partai merapat. Jadi itu pertimbangan NasDem untuk masuk pemerintahan sesuai dengan prediksi saya," kata pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) itu.