Bagikan:

JAKARTA - Pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan udara di sekitar Gunung Ruang, Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, masih mengandung gas sulfur dioksida (SO2) yang dilontarkan keluar saat gunung berapi itu erupsi beberapa hari lalu.

“Setiap kali ada erupsi gunung berapi pasti ada gas sulfur dioksida ini gas tersebut. Tidak hanya mengganggu masyarakat, tapi juga berdampak pada aktivitas penerbangan, seperti Gunung Ruang ini,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta dilansir ANTARA, Senin, 22 April.

Menurut dia, gas sulfur dioksida tersebut tersebar ke udara bersamaan dengan erupsi Gunung Ruang, yang sampai saat ini menurut pantauan tim BNPB masih mengeluarkan asap dari puncaknya.

Atas kondisi tersebut, BNPB mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan masker saat beraktivitas sehingga terhindar dari gangguan atau infeksi saluran pernapasan akibat menghirup udara mengandung SO2 atau gas belerang dioksida itu.

BNPB pun mengumumkan batas zona aman bagi warga Tagulandang untuk beraktivitas, yakni pada radius empat kilometer dari puncak yang masih mengeluarkan asap itu.

Batas zona tersebut didapatkan BNPB berdasarkan keputusan penurunan status Gunung Ruang oleh tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang sebelumnya level IV (Awas) menjadi level III atau (Siaga) pada Senin pagi pukul 09.00 WIB.

Atau bila sudah mengalami gejala gangguan saluran pernapasan seperti sesak dan sebagainya, kata dia, masyarakat segera melapor ke petugas tim siaga darurat bencana untuk mendapatkan perawatan medis.

“Kami sudah siagakan tim dokter dari TNI dan Polri untuk melakukan perawatan medis. BNPB juga memberikan bantuan masker yang seharusnya sudah bisa dimanfaatkan masyarakat saat ini,” ujarnya.

Kandungan gas sulfur dioksida pada udara di Tagulandang, Kepulauan Sitaro, akibat erupsi Gunung Ruang itu dibenarkan oleh Penyelidik Bumi PVMBG Sofyan Primulyana.

Sofyan mengatakan bahwa sejak 17 April 2024 pukul 13.15 WITA, data citra satelit memperlihatkan nilai sulfur dioksida sebanyak 3.000 ton dari kolom asap yang memanjang lebih dari 450 kilometer.

Sehari kemudian pada pukul 14.30 WITA nilai sulfur dioksida sebesar 300 ribu ton dari kolom asap yang memanjang lebih dari 1.000 kilometer. Pencemaran belerang dioksida itu terjadi karena penurunan aktivitas vulkanik maupun guyuran hujan.

Namun analisa PVMBG pada tanggal 19 April 2024 mendapati nilai sulfur dioksida di sekitar Gunung Ruang terdeteksi menurun menjadi sekitar 190 ribu ton.

"Hingga tanggal 22 April 2024 ini melalui pantauan citra satelit, kami belum mendapatkan update terbaru terkait konsentrasi sebaran gas belerang dioksida di Gunung Ruang," kata Sofyan.