JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan pihaknya menunggu hasil rekapitulasi yang bakal diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) meski ada desain untuk memenangkan calon tertentu. Keyakinan ini diperkuat dengan adanya pernyataan sejumlah pakar IT.
“Ya, nanti kita tunggu. Tapi dari tadi yang diungkapkan dari pakar IT itu kan begitu banyak yang diungkapkan secara sistematik, didesain untuk kemenengan calon tertentu dan kemudian beberapa suara rakyat jadi mudah dimanipulasi,” kata Hasto kepada wartawan di Jakarta, Senin, 18 Maret.
“Begitu banyak kejanggalan yang bisa dibuktikan secara ilmiah,” sambungnya.
Hasto lebih lanjut menyebut rekapitulasi suara boleh saja selesai. “Tetapi suara kebenaran sebelum itu diselesaikan tidak akan berhenti bersuara,” tegas eks anggota DPR itu.
Hasto mengingatkan kecurangan jika didiamkan akan kembali membuat rezim diktator kembali berkuasa. Sehingga, semua pihak harusnya menyadari dengan kondisi yang terjadi saat ini.
“Siapa yang tertidur ketika demokrasi menghadapi ancaman akan bangun menghadapi rezim yang penuh dengan kediktatoran,” ujar Hasto.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, Hasto sudah menyinggung soal kecurangan pemilu salah satunya dengan adanya sistem yang mengunci suara pasangan nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Temuan ini didapat setelah adanya audit forensik yang dilakukan pada 16 Februari atau setelah pencoblosan.
Hasil dari audit forensik ini disebut Hasto membuat Pilpres 2024 harusnya dilakukan dua putaran. Sebab, tak ada pasangan calon yang perolehan suaranya di atas 51 persen.
“Ketika ahli IT ini melakukan normalisasi terhadap Json Script pada tanggal 16 Februari jam 02.00 pagi itu, perolehan suara Ganjar-Mahfud 33 persen dan Prabowo-Gibran 43 persen,” kata Hasto dalam wawancara dengan Liputan6 yang dikutip Senin, 18 Maret.