JAKARTA - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Fahrur Rozi meminta seluruh elite politik berdamai dan saling introspeksi atau muhasabah diri di bulan suci Ramadan 1445 Hijriah pasca-kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Elite politik, baik pihak pemenang atau kalah, sebaiknya bermuhasabah sejenak di bulan Ramadan, setelah lelah bertarung dalam Pemilu,” kata dia dilansir ANTARA, Rabu, 13 Maret.
Menurut Fahrur Rozi (Gus Fahrur), momentum bulan Ramadan dinilai paling telat untuk menjadi ajang introspeksi diri bagi semua pihak.
Dengan introspeksi diri, Gus Fahrur berharap seluruh elite politik dapat mengesampingkan ego masing-masing dan mau bekerja sama dalam membangun Indonesia.
"Saya berharap Ramadan dapat menurunkan suhu tensi politik di negeri kita ini, karena mayoritas Muslim berpuasa. Puasa adalah puncak pendidikan kesabaran dan pengendalian diri menuju bertakwa," tuturnya.
Sikap rukun dan harmonis itu, lanjut Fahrur Rozi, harus tercipta terlebih ketika presiden dan wakil presiden yang baru nanti akan dilantik.
Dengan di bawah pimpinan negara yang baru, dia berharap konflik antar-partai politik dan pendukung pasangan calon bisa disingkirkan demi persatuan bangsa.
BACA JUGA:
Senada dengan Gus Fahrur, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti menilai bulan Ramadhan harus menjadi momentum untuk meredam konflik dan perpecahan antarkelompok politik setelah masa Pemilu 2024.
"Dalam hadits disebutkan bahwa agar puasa seseorang sempurna dan diterima oleh Allah hendaknya dia menghindari perkataan yang memecah belah, menggunjing, dan kotor," kata dia, Senin, 11 Maret.
Menurut dia, bulan Ramadan harus dijadikan sebagai momentum untuk menciptakan perdamaian antarkelompok, selain itu juga harus dijadikan momen untuk membersihkan jiwa dari segala dosa serta sifat-sifat tercela.
"Hubungan antarsesama manusia yang selama Pemilu 2024 sempat rusak maka harus diperbaiki," ucap dia.