JAMBI - Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi menampung 776 pedagang untuk berjualan di Pasar Bedug yang dikelola pemerintah setempat selama Ramadan 1445 H.
Penjabat Wali Kota Jambi Sri Purwaningsih di Jambi, Selasa, mengatakan Pemkot Jambi mengelola tiga lokasi Pasar Bedug yang terdapat di Kecamatan Pasar Kota Jambi.
"Pasar Bedug merupakan agenda tahunan yang sudah menjadi bagian dari upaya untuk menstimulasi tumbuhnya pelaku usaha kecil, terutama usaha di bidang kuliner dan makanan ringan," kata Sri saat agenda peresmian Pasar Bedug di kawasan Pasar Kota Jambi.
Momentum Pasar Bedug ini diharapkan mampu menumbuhkan semangat wirausaha baru, serta meningkatkan peluang bisnis bagi pelaku UMKM untuk terus mengembangkan usahanya agar semakin kreatif dan menghasilkan makanan juga minuman yang sehat.
"Saya berharap kuliner yang dijual dalam areal Pasar Bedug ini dapat mengutamakan makanan tradisional yang bersih, steril dan merupakan ciri khas daerah, terutama kuliner khas Kota Jambi. Kita harus bangga bahwa kuliner Kota Jambi tidak kalah lezatnya dengan kuliner di daerah lainnya di Indonesia," kata dia.
BACA JUGA:
Dia berharap Pasar Bedug 2024 yang dikelola Pemkot Jambi dapat menjadi media bagi masyarakat, untuk lebih mengenal setiap makanan-makanan khas tradisional, sebagai bagian dari kearifan budaya lokal dan budaya daerah. Kepada masyarakat, Sri berpesan agar menjaga ketertiban dan kebersihan di lokasi Pasar Bedug tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kota Jambi Amran menyebutkan sebanyak 776 pedagang tersebut telah mendaftar sejak awal Maret 2024. Ratusan pedagang itu tersebar di tiga lokasi Pasar Bedug yang dikelola Pemkot Jambi.
Dia menyebutkan 480 pedagang di Jalan WR Supratman Pasar Jambi, 262 pedagang di kawasan Gang Siku, dan 34 pedagang di Jalan Samratulangi, Pasar Jambi.
Pemerintah Kota Jambi, kata dia, mengenakan tarif untuk pedagang berjualan. Tarif ini dikenakan untuk biaya tenda, kebersihan dan keamanan. Pedagang yang mengisi lapak-lapak di Pasar Bedug ini terdiri atas pedagang pakaian, makanan, minuman hingga aksesoris.
"Ada yang masuk PAD Kota Jambi karena memang ramai, ada yang belum bisa menjadi PAD," kata dia.