Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara mendiang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny mengatakan pada Hari Jumat, pihak berwenang negara itu telah memberi tahu ibunya jasad sang putra akan dimakamkan di penjara tempatnya meninggal, kecuali ia menyetujui pemakaman dalam waktu tiga jam, tanpa menggelar pemakaman umum.

Navalny, pemimpin oposisi dan kritikus keras Kremlin, meninggal mendadak seminggu yang lalu di koloni hukuman Arktik, tempat dia menjalani hukuman selama lebih dari 30 tahun.

Sang ibunda, Lyudmila (69) telah berhari-hari menuntut agar pihak berwenang menyerahkan jenazahnya untuk dimakamkan yang direncanakan, sehingga teman, keluarga, dan pendukungnya dapat memberikan penghormatan.

"Satu jam yang lalu, seorang penyelidik menelepon ibu Alexei dan memberinya ultimatum. Entah dia setuju dalam waktu tiga jam untuk melakukan pemakaman rahasia tanpa perpisahan di depan umum, atau Alexei akan dimakamkan di koloni hukuman," tulis juru bicara Navalny, Kira Yarmysh di media sosial X, melansir Reuters 24 Februari.

Yarmysh mengatakan, ibu Navalny menolak dan terus menuntut agar jenazahnya diserahkan kepadanya. Belum ada komentar langsung dari pihak berwenang.

Dalam video berdurasi 95 detik yang dirilis pada hari Kamis, Lyudmila Navalnaya mengatakan, pihak berwenang mencoba "memeras" dan mengancamnya agar menyetujui pemakaman non-publik, sesuatu yang menurutnya tidak akan dia terima.

"Mereka ingin (penguburan) ini dilakukan secara diam-diam, tanpa pamitan. Mereka ingin membawa saya ke tepi pekuburan, ke kuburan baru dan berkata: di sinilah putramu terbaring. Saya tidak setuju dengan ini," katanya.

"Saya ingin Anda, yang peduli pada Alexei, dan bagi mereka yang kematiannya merupakan tragedi pribadi, memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal padanya," tambahnya.

Kebuntuan mengenai pembebasan jenazahnya, tampaknya mencerminkan kekhawatiran Kremlin bahwa pemakaman publik besar-besaran bagi pengkritik utama Putin itu bisa menjadi titik fokus kerusuhan, beberapa minggu sebelum Pemilu Rusia digelar.

Kelompok hak asasi manusia OVD-Info mengatakan 400 orang ditahan beberapa hari setelah kematian Navalny karena mencoba menggelar peringatan di muka umum.

Diketahui, keluarga dan pendukung Navalny menuduh Presiden Vladimir Putin terkait dengan tewasnya Navalny, sebuah tuduhan yang dibantah dengan tegas oleh Kremlin.