Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (KemenPPN) mengatakan riset dan opsi teknologi tepat guna perlu dikembangkan untuk mendukung reformasi pengelolaan sampah.

Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam KemenPPN Vivi Yulaswati mengatakan, perlunya solusi untuk mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di berbagai tempat pembuangan akhir atau TPA.

"Sekarang banyak perusahaan sudah mulai melakukan pemasangan refuse derived fuel (RDF) untuk mengolah sampah mereka sendiri," ujarnya di Jakarta, Selasa 30 Januari, disitat Antara.

Vivi mengungkapkan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri semen di Jawa Barat telah memasang teknologi RDF untuk menangani sampah.

Teknologi mengubah sampah menjadi energi baru pengganti batu bara tersebut juga membantu daerah-daerah sekitar pabrik dalam mengolah sampah dari masyarakat.

"Perusahaan itu sudah bangun RDF dan sudah besar, serta membantu daerah-daerah sekitar untuk mengolah sampah dan sudah zero waste di sana," kata Vivi.

Lebih lanjut, Vivi mengungkapkan salah satu teknologi yang juga efektif mengatasi sampah adalah recycle vending machine (RFM) yang memungkinkan seseorang untuk menukar botol minuman kosong dengan imbalan hadiah.

KemenPPN juga telah berkolaborasi dengan merek air mineral untuk mengatasi timbulan sampah botol minuman. Layanan RFM itu tersedia di kantor-kantor KemenPPN.

"Kami selesai rapat pasti ada berbagai botol minuman plastik dan bisa di-recycle di situ supaya mempermudah dan memperpendek waktu membawa sampah-sampah itu untuk diolah lebih lanjut," katanya.

"Itu adalah beberapa teknologi yang membantu kita untuk mulai mengolah sampah. Tentunya di komunitas sangat banyak sekali sekarang," sambung Vivi.

Selain itu, Vivi mengatakan KemenPPN/Bappenas bersama Pemerintah Jerman juga menghibahkan mesin pirolisis untuk pengolahan sampah di Pulau Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

Daerah yang telah ditetapkan sebagai kawasan geopark tersebut mendapatkan mesin pirolisis yang bisa mengubah 10 kilogram plastik menjadi 5 liter bahan bakar jenis solar.

"Melalui teknologi, kami bisa memperluas berbagai program untuk mengelola sampah," pungkasnya.