JAKARTA - Kelompok bersenjata Houthi mengatakan rentetan rudal dan drone yang ditembakkan ke Laut Merah pada Selasa lalu, merupakan respons atas serangan Amerika Serikat terhadap kelompok itu minggu kemarin.
Militer Amerika Serikat menenggelamkan tiga kapal Houthi di Laut Merah, menewaskan semua penumpangnya, pada tanggal 31 Desember setelah diserang terlebih dahulu.
Ini adalah pertama kalinya Negeri Paman Sam menargetkan anggota kelompok pemberontak Houthi, sejak meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut pada Bulan Oktober.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara kelompok Houthi Yahya Saree mengatakan, serangan Hari Selasa adalah "serangan terkoordinasi" yang menargetkan kapal Amerika yang "membantu" Israel di Laut Merah.
Saree mengatakan, operasi tersebut melibatkan "pengerahan besar-besaran" rudal balistik dan angkatan laut, bersama dengan drone sebagai tanggapan atas apa yang dia gambarkan sebagai "serangan berbahaya" oleh pasukan AS terhadap unit angkatan laut Houthi pada pekan lalu.
"Angkatan Bersenjata Yaman menegaskan mereka tidak akan ragu untuk menangani secara tepat semua ancaman permusuhan dalam hak pertahanan sah negara kita, rakyat kita, dan bangsa kita," jelas Saree dalam pernyataannya, dilansir dari CNN 11 Januari.
Kelompok tersebut telah meyakinkan "komitmen mereka untuk menjaga lalu lintas maritim" di Laut Merah dan Laut Arab, dengan pengecualian kapal yang terhubung dengan Israel, kata Saree.
Diketahui, kelompok Houthi telah bersumpah untuk melanjutkan serangan di Laut Merah sampai Israel menghentikan konflik di Gaza, mengatakan mereka akan menyerang kapal perang AS jika kelompok milisi tersebut diserang di Yaman.
BACA JUGA:
Terbaru, pasukan AS dan Inggris menembak jatuh 21 drone dan rudal yang ditembakkan oleh Houthi pada Hari Selasa ke arah jalur pelayaran internasional Laut Merah, kata US CENTCOM, seraya menambahkan, ini adalah serangan Houthi yang ke-26 sejak 19 November.
Amerika Serikat dan negara-negara lain bulan lalu meluncurkan 'Operation Prosperity Guardian', untuk melindungi kapal-kapal sipil di salah satu jalur perdagangan terpenting di dunia itu.