Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyebut pemerintah Indonesia akan kembali mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina, pada tahun ini dengan proporsi tiga kali lipat lebih banyak dibanding tahun lalu.

Retno menyebut, Kementerian Luar Negeri akan bekerja sama dengan lembaga PBB terbesar di Gaza, yakni The United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) dalam proses pendistribusian bantuan tersebut.

“Tahun ini, kita akan lipat tiga kalikan kontribusi voluntary kita ke UNRWA yang berarti kalau kita sumbang ke UNRWA maka penyaluran langsung diberikan ke pengungsi Palestina,” kata Retno dalam konferensi pers di Media Center Indonesia Maju, Jakarta Pusat, Kamis, 4 Januari.

Retno berujar dirinya telah bertemu dengan kepala UNRWA. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menegaskan akan memberikan kontribusi secara sukarela kepada UNRWA dengan tujuan kemanusiaan bagi Palestina.

Kunjungan ini telah dilakukan secara maraton sejak konflik kian memanas di Gaza pada 7 Oktober 2023. Dari hasil koordinasi dengan UNRWA, Retno menyebut kondisi kemanusiaan para pengungsi Gaza kian parah.

Contohnya, saat ini satu toilet bahkan diperuntukkan untuk 700 orang. Oleh karenanya, prioritas pengiriman bantuan yang diupayakan oleh Indonesia akan disesusaikan dengan kebutuhan masyarakat Gaza saat ini.

“Bantuan kemanusiaan tidak akan berhenti di sini. Kita dari waktu ke waktu melihat bantuan-bantuan itu. Bantuan yang kita berikan akan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan,” tutur Retno.

Sebagai informasi, Indonesia telah dua kali mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi Palestina. Bantuan pertama dikirim pada 4 November 2023 berupa obat-obatan, peralatan medis, selimut, tenda, hingga barang logistik lainnya yang dibutuhkan pengungsi sebanyak 51,8 ton dari berbagai pihak.

 

Kemudian bantuan tahap kedua dikirim pada 20 November 2023, berupa obat-obatan, peralatan rumah sakit, hingga barang keperluan lainnya seberat 21 ton. Bantuan tahap kedua ini senilai Rp 31,9 miliar berasal dari pemerintah, perusahaan, lembaga kemanusiaan, serta masyarakat.

Selain mengirimkan bantuan, Indonesia telah mengirim kapal rumah sakit. Hanya saja, ia menyebut, pemasukan kapal rumah sakit ke wilayah Gaza membutuhkan persetujuan dari otoritas setempat untuk bisa berlabuh.

“Informasi yang saya peroleh, RS apung sedang dibahas, sekali lagi, perjalanan ini memerlukan persetujuan dari beberapa otoritas. Tapi, idenya selain berikan layanan kesehatan sekaligus membawa bantuan lain yang akan disesuaikan dengan permintaan yang ada,” ujar dia.