Bagikan:

JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyindir program susu dan makan siang gratis milik pasangan nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Program tersebut menurutnya berbeda dengan yang dibawa pasangan nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang mengedepankan berbagai kebutuhan rakyat.

“Rakyat bisa membandingkan kalau program makan gratis itu pun dengan susu impor mencapai lebih dari Rp400 triliun,” kata Hasto kepada wartawan di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Januari.

Hasto menyebut berbagai program Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024 memang lebih besar mencapai Rp506 triliun. Tapi, semua kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi.

“Program kerakyatan Pak Ganjar dengan jangkauan bansos, BLT yang lebih luas, penciptaan lapangan kerja, satu rumah miskin satu sarjana, kemudian beli tanah dapat rumah dan berbagai program KTP Sakti itu hanya Rp506 triliun,” tegasnya.

Hasto juga menerangkan seluruh program yang dibawa oleh Ganjar-Mahfud tentunya ditujukan untuk mengatasi kemiskinan. Selain itu, mereka juga berupaya untuk menggerakkan perekonomian masyarakat lewat berbagai program baik saat kampanye maupun ketika nanti menjabat.

“Contohnya, kalau Pak Prabowo dengan susu gratis itu impor. Kemarin kami membagi telur yang diproduksi oleh rakyat sendiri. Khasiatnya juga jauh lebih karena kami (sudah, red) berkonsultasi dengan ahli gizi. Kami merancang program itu dengan research bukan dengan aspek elektoral. Ini yang membedakan,” ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo juga pernah menyindir program makan siang gratis yang diusung Prabowo-Gibran. Momen itu terjadi ketika dia bercerita soal pertemuannya dengan pendeta bernama Leo ketika berkampanye di Papua.

Ganjar, mengulangi cerita Leo sempat menyebut tak ada fasilitas bagi ibu yang akan melahirkan di wilayah tempat tinggal mereka.

“Bapak-Ibu, bagaimana menolongnya? Mereka kalau membawa ke rumah sakit, rumah sakitnya jauh. Ke mana mereka harus lewat? Bukan (karena) jalannya rusak atau jelek, (tetapi) tidak ada jalan,” kata Ganjar dalam acara sarasehan bersama eksponen, alumni, dan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Jakarta, dilansir ANTARA, Kamis, 28 Desember.

“Dan kemudian kita berpesta pora ngomong tinggi-tinggi sekali. Maaf, dan kemudian Rp400 triliun mau digunakan untuk makan siang,” ujar Ganjar yang disambut riuh hadirin.

Tak hanya itu, sindiran serupa juga disampaikan Ganjar saat meluncurkan GratisIN di Borsumy Heritage, Semarang, Senin, 1 Januari kemarin. Program internet gratis itu disebut lebih dibutuhkan masyarakat daripada makan siang gratis.

“Aku kasih pilihan, mau enggak, makan siang gratis atau internet gratis,” ujar eks Gubernur Jawa Tengah tersebut.

“Internet gratis,” ujar peserta yang hadir di acara tersebut.

Ganjar mengaku pernah menanyakan hal yang serupa saat ke Boyolali, Jawa Tengah. Jawabannya juga sama, di sana lebih membutuhkan internet gratis daripada makan siang.

“Kemarin saya tanya di Boyolali ternyata lebih suka internet gratis. Karena makan siang sudah cukup. Sudah makan siang, sudah ya kelihatan,” pungkasnya.