Bagikan:

NTB - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga di Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap mewaspadai dampak El Nino di musim hujan. Musababnya, curah hujan di NTB diprediksi rendah pada akhir 2023.

"Elnino menguat, tetap waspada bencana hidrometeorologi di masa berkurangnya curah hujan di periode musim hujan," kata Prakirawan BMKG NTB, Cakra Mahasurya dalam keterangan tertulisnya, Rabu 20 Desember, disitat Antara.

BMKG menyatakan pada dasarian III Desember 2023 atau 21–31 Desember 2023 diperkirakan curah hujan di wilayah NTB umumnya akan berada pada kategori rendah.

Cakra menjelaskan, curah hujan dengan intensitas 20-50 milimeter per dasarian memiliki probabilitas kejadian 50 - 80 persen yang berpeluang terjadi di sebagian besar wilayah Provinsi NTB.

"Sedangkan peluang curah hujan lebih 50 milimeter per dasarian berpeluang terjadi di sebagian wilayah tengah Pulau Lombok, Gunung Tambora di Dompu dan meluas di wilayah Kota Bima dan Kabupaten Bima bagian utara dengan probabilitas kejadian 10 - 40 persen," tuturnya.

Sebagian wilayah NTB terpantau telah memasuki musim hujan 2023/2024 dan sebagian masih berada pada masa peralihan, masyarakat perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat disertai angin kencang yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan bersifat lokal, banjir dan tanah longsor.

"Selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan hujan yang turun untuk mengisi penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya," katanya.

Hasil Monitoring ENSO terakhir menunjukkan indeks ENSO (+2.087) terpantau berada pada kondisi Elnino sudah berlangsung selama 21 dasarian. Sedangkan kondisi IOD positif diprediksi bertahan hingga akhir tahun 2023 dan Elnino diprediksi terus bertahan setidaknya hingga April 2024.

Aliran massa udara di wilayah Indonesia masih didominasi oleh angin timuran di selatan ekuator, namun angin baratan sudah teramati di sepanjang ekuator. Pada dasarian II Desember, aliran massa udara di wilayah Indonesia diprediksi didominasi oleh angin baratan.

"Analisis pada dasarian I Desember 2023 menunjukkan MJO aktif di fase 4 dan 5 dan diprediksi tidak aktif menuju fase 6 dan 7 (Pasific Barat) hingga pertengahan dasarian III Desember 2023, MJO berkaitan dengan aktivitas konveksi/potensi awan hujan di wilayah Indonesia," katanya.