JAKARTA - Perusahaan minuman keras asal Belgia, Anheuser-Busch in Bev mengalami penjualan terburuk dalam 10 tahun terakhir. Pasalnya merk bir Corona yang dijualnya kerap disandingkan dengan wabah virus corona atau COVID-19.
Dikutip dari TIME, sejak virus corona merebak ke sejumlah negara dalam beberapa bulan terakhir. Perusahaan minuman keras ini terpaksa kehilangan pendapatannya hingga 170 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau berkisar Rp2,3 triliun (dalam kurs Rp14 ribu).
Akibatnya bir yang kerap diminum Dominic Toretto (Vin Diesel) di film Fast and Furious series ini, sampai ikut terkena imbasnya. Kesamaan nama dengan wabah virus asal Wuhan China itu kerap jadi bahan ejekan di media sosial.
Source of Coronavirus 😷😷😷 #coronavirus #nCoV2019 #CoronavirusOutbreak #coronabeer #coronavirusitalIa #funny pic.twitter.com/SgSpIH9Hnw
— wong loke yoong (@yoongwong) February 11, 2020
Tak sedikit meme dan video cemoohan yang mengkaitkan bir corona dengan Coronavirus. Dalam laporan TIME, kata 'corona beer virus' atau 'beer coronavirus' meningkat drastis di laman pencarian Google.
Menurut analisis data dari YouGov Plc, niat beli Corona Beer di kalangan orang dewasa di Amerika Serikat (AS) telah merosot ke level terendah dalam dua tahun terakhir. Saham Corona-maker Constellation Brands Inc. terpaksa tutup di level 8 persen minggu ini di New York.
Meski jadi trademark dari karakter ikonik Fast and Furious, nyatanya kepopuleran bir Corona harus tergeser dengan virus corona yang kini menyebar di 50 negara lainnya. Citra negatif pun kini menghantui penjualan bir Corona di sejumlah negara, seperti Brasil dan AS.
Sejatinya Anheuser-Busch In Bev adalah pemilik beberapa merek bir paling terkenal di dunia, termasuk Budweiser, Stella Artois, Beck's dan Corona. Adapun inspirasi dari penamaan 'Corona Beer' diambil dari kata korona Matahari dan bukannya COVID-19 atau coronavirus.
Meski kasus penyebaran COVID-19 di di China telah mengalami penurunan. Namun penyebaran virus ini sudah merebak ke sejumlah negara lain, seperti China, Korea Selatan, Jepang, Iran dan beberapa negara di eropa.
Jumlah total orang yang terinfeksi corona di seluruh dunia pun kini telah meningkat di atas 80.000 orang dengan 2.700 kematian.
Organisasi kesehatan WHO pun telah meningkatkan status level tingkat resiko penyebaran dari sedang ke tinggi untuk wabah ini. Di mana hingga saat ini pun belum ada obat atau vaksin yang diketahui bisa menyembuhkan vaksin ini.