JAKARTA – Pengamat politik Muhammad Qodari menilai bahwa konsep debat antarkandidat baik di Pemilihan Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di masa depan harus dikoreksi agar lebih bermanfaat bagi pemilih.
Sebab, selama ini konsep yang diterapkan hingga 2024 bukan membandingkan program, visi dan misi masing-masing pasangan calon (paslon) peserta Pilpres maupun Pilkada.
“Ini yang perlu dikoreksi ke depan. Selama ini yang didebatkan bukan perbandingan konsep setiap paslon, tapi justru pertanyaan dari panelis yang terkesan menguji pengetahuan masing-masing paslon,” ujar Qodari, Minggu 10 Desember.
Menurut dia, akan lebih bermanfaat bagi pemilih jika dalam debat sebaiknya setiap paslon menyampaikan visi dan misi yang dielaborasi atau didalami para panelis. “Jadi panelis jangan lari dari visi dan misi masing-masing paslon,” imbuhnya.
BACA JUGA:
Direktur eksekutif Indobarometer ini mengungkapkan bahwa dalam bernegara, Indonesia banyak meniru sistem di Amerika Serikat, seperti pelaksanaan debat antarkandidat. Padahal, kesiapan masyarakat di Indonesia belum tentu sama dengan di Amerika.
Dia menyatakan, yang diperlukan publik di pelaksanaan Pilpres dan Pilkada adalah bukan debat, tetapi pendalaman visi dan misi. Sebab, visi dan misi belum menjadi fokus sepenuhnya. “Masyarakat lebih fokus pada figur, bukan program, visi dan misi,” tutup Qodari.
Seperti diketahui, di Pilpres 2024, Komisi Pemilihan Umum telah menjadwalkan lima kali pelaksanaan debat antarkandidat. Debat pertama akan dilangsungkan 12 Desember mendatang.