Bagikan:

JAKARTA - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta melaporkan adanya penambahan tiga kasus baru positif pada Selasa 22 November  malam, yang berdomisili di DKI Jakarta. Untuk itu  total kasus monkey pox ini menjadi 42 orang.

"Kasus cacar monyet ini terus dipantau tren kasus 2 sampai  4 minggu ke depan dan sebenarnya ada 4 kasus baru positif yakni 3 kasus domisili DKI dan 1 kasus domisili luar DKI," kata Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama dalam keteranganya, Rabu 22 November.

Ia mengungkapkan, bahwa pihaknya terus memantau selama 21 hari dari risiko penularan event selebrasi atau hiburan di akhir Oktober hingga pertengahan November ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 orang dinyatakan sembuh dan selesai isolasi, sementara  22 orang masih harus diisolasi.

"Untuk kasus positif di tahun 2023 ini semua bergejala ringan dan semua tertular dari kontak seksual serta semuanya laki-laki usia 25 sampai 50 tahun," papar dia.

Maka dari itu, ia menyarankan pendekatan cacar monyet sebagai infeksi menular seksual (IMS) dan kolaborasi dengan program HIV harus diperketat, seperti kolaborasi TB-HIV-DM. Semua pasien tersebut wajib dilanjutkan pemeriksaan HIV dan IMS lainnya.

"Semua pasien HIV dan IMS diskrining aktif gejala monkey pox dan jika ada yang kontak erat (walau tidak bergejala) dalam sebulan terakhir dengan yang positif monkey pox, segera di-swab PCR. Apalagi jika menunjukkan gejala harus segera diswab PCR," tegas Ngabila.

Di samping itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta juga mulai melaksanakan vaksinasi cacar monyet dosis kedua, Selasa kemarin. Sasaran penerimanya adalah 495 orang yang sebelumnya telah disuntik dosis pertama, yaitu pada periode 23 Oktober hingga 3 November 2023.

Ia menjelaskan, untuk 495 orang sudah aman untuk dosis pertama. Minggu ini pihak Dinkes DKI mulai dosis kedua mulai dari 21 November 2023.

"Pemberian dosis 2 diberikan selang 4 minggu atau 28 hari dari dosis satu. Sebanyak 1.000 dosis kemarin diberikan untuk 495 orang (dosis 1 dan 2) dan 10 dosis untuk pengujian di Badan POM," tutur Ngabila Salama.

Sesuai informasi Kementerian Kesehatan sedang proses pengadaan 4.500 dosis dan rencananya ada  hibah dari ASEAN sebanyak 2.000 dosis.