Tidak Perlu <i>Over</i> Berbelanja Menyikapi COVID-19
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Dua hari belakangan, pusat perbelanjaan kebutuhan pokok seperti supermarket dibanjiri pengunjung. Mereka berbondong-bondong berbelanja, karena selain masih tanggal muda, juga karena kepanikan pasca-diumumkannya dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang positif terpapar virus corona atau COVID-19.

Kemarin, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa telah ditemukan dua orang yang positif virus corona atau COVID-19 dan keduanya sudah dirawat secara intensif di rumah sakit.

Sebelumnya, Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum memiliki kasus positif COVID-19. Pasca ditemukannya dua orang yang dinyatakan postif, kepanikan terjadi di tengah masyakarat.

Kekhawatiran terhadap COVID-19 ini membuat masyakarat memburu bahan makanan di setiap pusat perbelanjaan untuk persediaan. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy N. Mandey mengimbau masyarakat Indonesia untuk tidak melakukan kegiatan berbelanja kebutuhan berlebihan karena panik atau panic buying akibat fobia COVID-19.

"Dikarenakan tindakan yang over atau berlebihan ini, justru membuat fobia baru lainnya yang tidak perlu terjadi disaat sebenarnya seluruh kebutuhan masyarakat tetap dapat terpenuhi dan tercukupi dengan baik," ucapnya, melalui keterangan tertulis yang diterima VOI, dikutip Rabu 3 Maret.

Roy mengatakan, anggota peritel APRINDO selalu siap untuk hadir dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan bagi masyarakat di seluruh Indonesia.

Senada, Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) mengimbau agar masyarakat membeli kebutuhan secukupnya saja. Pernyataan pemerintah bahwa di Indonesia sudah positif COVID-19, tidak perlu disikapi dengan panic buying.

Ketua Umum HIPPINDO Budihardjo Iduansjah menegaskan, persediaan barang pada gerai anggotanya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut dia, bila masyarakat panik belanja, malah akan membuat pembeli sulit mendapatkan barang yang diinginkannya. Sebab, pengelola ritel belum sempat mengeluarkan stok barang dari gudang untuk dipajang di rak barang ritel-ritel tersebut.

Budi mengaku, pihaknya telah berkoordinasi dengan asosiasi produsen dan supplier distributor untuk memastikan persediaan guna mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakat.

"HIPPINDO yang beranggotakan lebih dari 200 perusahaan retail akan senantiasa mendukung pemerintah dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas issue global yang saat ini sudah merebak di seluruh dunia. Dengan jumlah gerai lebih dari 50.000 di seluruh Indonesia, HIPPINDO dapat menjadi partner pemerintah dalam mengupayakan layanan terbaik untuk masyarakat Indonesia," tuturnya.