Bagikan:

JAKARTA - Israel dikabarkan menyetujui jeda operasi militer selama empat jam setiap hari, untuk memungkinkan koridor aman bagi kemanusiaan, saat Presiden Amerika Serikat Joe Biden berharap jeda selama tiga hari.

Pejabat senior Gedung Putih pada Hari Kamis menyebutkan, Israel setuju untuk melakukan jeda operasi militer selama empat jam setiap harinya di wilayah Gaza utara.

Langkah ini tampaknya meresmikan pola penghentian kekerasan agar bantuan kemanusiaan dapat mengalir ke daerah kantong tersebut, memungkinkan warga sipil melarikan diri dari pertempuran.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan, Israel akan mengumumkan waktu jeda tiga jam sebelumnya.

"Kami telah diberitahu oleh Israel bahwa tidak akan ada operasi militer di wilayah ini selama masa jeda dan proses ini akan dimulai hari ini," kata Kirby, melansir CNN 10 November.

Dikatakannya, Negeri Paman Sam menyambut baik perkembangan tersebut, menyebut jeda itu sebagai "langkah ke arah yang benar."

"Kami telah mendesak Israel untuk meminimalkan korban sipil dan melakukan segala yang mereka bisa untuk mengurangi jumlah tersebut," ujar Kirby, seraya mengatakan jeda tersebut akan memberikan "ruang bernapas selama beberapa jam" bagi warga sipil untuk menghindari bahaya.

Jeda ini juga akan memberikan “jendela singkat” bagi kemungkinan perjalanan aman bagi para sandera yang ditahan oleh Hamas, lanjut Kirby.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan, dia meminta jeda lebih lama dari empat jam.

"Saya sudah meminta jeda lebih dari tiga hari," ujarnya, dikutip dari Reuters.

Ketika ditanya apakah dia merasa frustrasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Biden bilang itu perlu waktu.

"Ini memakan waktu lebih lama dari yang saya harapkan," tandasnya.

Hingga Kamis, sekitar 10.812 warga Gaza telah tewas akibat serangan Israel, di mana sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, kata para pejabat Palestina.

Serangan dan blokade terhadap Gaza dilakukan Israel, sebagai balasan terhadap serangan kelompok militan Hamas ke wilayah selatan negara itu pada 7 Oktober lalu.