Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily membela Cawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM), Gibran Rakabuming Raka yang disebut Ketua DPP PDIP Djarot Syaiful Hidayat, melanggar konstitusi karena kesusu maju Pilpres 2024. 

Padahal kata Djarot, wali kota Solo itu akan dipersiapkan ke tingkat yang lebih tinggi oleh PDIP jika mau bersabar. Tapi malah memilih menabrak konstitusi untuk menjadi cawapres Prabowo Subianto. 

"Tidak ada yang menabrak konstitusi. Yang ada adalah bahwa mas Gibran maju sebagai cawapres karena konstitusi memberikan kesempatan kepada anak muda, terutama bagi warga negara yang sedang atau telah menjadi kepala daerah," ujar Ace di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 1 November. 

Menurut Ace, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membolehkan seseorang berusia di bawah 40 tahun maju sebagai cawapres asalkan pernah menjabat minimal kepala daerah harus diterima semua pihak. Sebab kata Ace, setiap warga negara punyak hak dipilih dalam kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 

"Kenyataannya, faktanya adalah bahwa hasil MK memberikan kesempatan kepada siapa pun warga negara yang sedang atau telah menjabat kepala daerah dan telah dipilih oleh rakyat untuk menjadi cawapres," jelas Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu. 

Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat lagi-lagi mengungkapkan kekecewaannya terhadap langkah politik putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Padahal kata dia, Gibran, sudah dipersiapkan PDIP untuk menjadi pemimpin di tingkat yang lebih tinggi setelah berhasil memimpin Kota Solo.

"Sebetulnya (Gibran) dipersiapkan sebagai calon pemimpin untuk bisa meneruskan apa yang sudah dikerjakan oleh Pak Jokowi dan Pak Rudy di Solo, yang kemudian kalau memang berhasil ya beliau akan ditugaskan ke tingkat yang lebih tinggi lagi," ujar Djarot di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa, 31 Oktober. 

Djarot menjelaskan kekecewaannya itu lantaran Gibran tak sabar sehingga menabrak konstitusi untuk maju sebagai cawapres. 

"Tetapi ada ketidaksabaran sehingga mengambil jalan pintas dan menabrak konstitusi, merekayasa konstitusi. Ini yang membikin saya kecewa," kata Djarot.