Bagikan:

JAKARTA - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berharap kasus cacar monyet tak menyebar lebih luas pada warga Jakarta dan penularannya hanya berada pada komunitas tertentu.

Dengan demikian, pemerintah bisa lebih mudah memetakan penelusuran kasus dan sasaran penerima vaksinasi cacar monyet. Meskipun, saat ini telah muncul kasus selain di Jakarta.

"Insyaallah itu hanya komunitas tertentu saja. Kita lokalisir ke situ. Tapi ada 1 yang ke Jawa Barat kayaknya," kata Heru kepada wartawan, Rabu, 1 November.

Heru menyebut Pemprov DKI telah gencar melakukan vaksinasi untuk memberi kekebalan bagi kelompok berisiko dan yang rawan tertular cacar monyet.

Vaksinasi ini juga menyasar pada kontak erat kasus-kasus terkonfirmasi berdasarkan hasil penelusuran.

"Hasil tracing yang diminta oleh Pemprov dan Kemenkes pada Dinkes, kami tracing. Terus aksinya bagaimana? Aksinya adalah kami vaksin dan kami isolasi yang memang masih terkena cacar monyet," urai Heru.

Sebagai informasi, per tanggal 31 Oktober, tercatat telah ada 24 kasus cacar monyet di Jakarta. Satu kasus terkonfirmasi pada Agustus 2022 dan kini telah sembuh.

Sementara, 23 kasus tercatat sejak 13 Oktober 2023 dan kini semuanya masih menjalani isolasi di rumah sakit. Berbeda dari tahun lalu, penularan cacar monyet tahun ini terjadi lewat transmisi lokal.

Mayoritas penularan cacar monyet adalah infeksi sekunder dan kondisi imunitas rendah pada kelompok berisiko, salah satunya lelaki seks dengan lelaki (LSL).

Pada 23 kasus aktif cacar monyet, semua pasien berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 25-50 tahun. Semua pasien tertular dari kontak seksual, serta mengalami gejala ringan.

Adapun vaksinasi cacar monyet telah diberikan kepada 447 orang dari target 495 orang. Vaksinasi diberikan sebanyak dua dosis dengan jeda empat minggu.

Tingkat kematian atau case fatality rate kasus cacar monyet sekitar 1 persen. Dalam artian, dari 100 kasus positif kemungkinan ada satu yang meninggal.