Bagikan:

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memiliki kompetitor baru di bidang liquefied petroleum gas atau gas LPG (elpiji) bernama myGas produk perusahaan swasta PT Bhakti Mingas Utama. Munculnya myGas perlu diwaspadai oleh Pertamina.

Anggota Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman mengatakan bahwa Pertamina perlu membebani supply chain atau rantai pasok di bawah. Jika tidak, cepat atau lambat Pertamina akan tersaingi oleh myGas.

"Cepat atau lambat kalau misalnya tidak dilakukan keseriusan oleh Pertamina untuk membenahi sistem supply chain dari LPG kita, kita akan berhadapan dengan swasta ini," katanya, dalam rapat dengar pendapat Komisi VII dengan Pertamina, Selasa, 9 Februari.

Menurut Maman, efek dari supply chain yang bermasalah dapat berimplikasi kepada pasokan atau suplai dan harga LPG di lapangan. Maman menilai, saat ini Pertamina masih bisa bersaing, namun jika tidak melakukan pembenahan maka akan tertinggal.

"Karena kompetitor Pertamina yang myGas itu secara supply chain bagus mereka, walaupun harga mereka masih tinggi. Jadi Pertamina masih bisa bersaing," tuturnya.

Sekadar informasi, PT Bhakti Mingas Utama yang telah berdiri sejak tahun 1991 merupakan adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang Minyak dan Gas dengan fokus pada bidang LPG menggunakan merek dagang myGas.

Foto: Dok. myGas Indonesia

PT Bhakti Mingas Utama adalah perusahaan swasta nasional yang mendapatkan izin Usaha Niaga LPG Umum dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia. 

Pada tahun 2004, PT. Bhakti Mingas Utama membangun Terminal LPG Swasta yang pertama di Indonesia, dengan kapasitas 10.000 MT di Eretan, Indramayu. Sebagai wujud komitmen perusahaan untuk merealisasikan kegiatan usaha niaga LPG yang profesional.

Untuk mendukung kegiatan distribusi LPG myGas maka PT Bhakti Mingas Utama telah memiliki jaringan pengisian LPG berupa Stasiun Pengisian LPG (SPL) yang berlokasi di Cakung Cilincing, Jakarta Timur; BSD, Tangerang Selatan dan Eretan, Indramayu.

Sebelumnya, pada tahun 2005, DPR sempat menyoroti kebijakan Pertamina memberi pasokan gas ke pelaku pasar baru myGas. Langkah ini dianggap sebagai kebijakan yang keliru. Sebagai pelaku pasar baru, myGas mestinya mencukup sendiri kebutuhan gasnya dan tidak 'menyusu' dari Pertamina.

Anggota Komisi VII DPR RI saat itu, Airlangga Hartarto mengatakan kebijakan Pertamina menjual gas ke myGas nantinya justru memperbesar kompetitor Pertamina di masa depan.

"MyGas mestinya impor sendiri, karena tujuan pemain baru adalah menambah pasokan baru. Tapi justru lambat laun pasar Pertamina berkurang," katanya, dikutip dari detik.com, Selasa, 9 Februari.