Bagikan:

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan bakal impor bensin (gasoline) pada 2021 sebanyak 113 juta barel. Angka tersebut naik sebesar 15,5 persen dari impor bensin pada 2020 yang mencapai 97,8 juta barel. Namun, jumlah impor pada 2021 disebut masih di bawah impor 2019 yakni mencapai 118,7 juta barel.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan impor ini terbagi atas dua jenis, yaitu impor Premium sebesar 53,7 juta barel dan Pertamax 53,3 juta barel.

"Hal ini juga sejalan dengan proyeksi kenaikan penjualan BBM kita," ujarnya, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Selasa, 9 Februari.

Pada 2021 ini, kata Nicke, penjualan BBM nonsubsidi bisa mencapai angka 162,56 juta barel dan untuk BBM bersubsidi sebesar 47,69 juta barel. Angka ini naik dibandingkan realisasi penjualan BBM pada tahun lalu sebesar 139,34 juta barel untuk nonsubsidi dan 53,35 juta barel untuk BBM bersubsidi.

Selain adanya kenaikan volume, kata Nicke, Pertamina juga memprediksi adanya kenaikan harga acuan dunia. Diprediksi pada tahun ini untuk BBM jenis Premium dari dunia berada di angka 51,7 dolar AS per barel. Sedangkan untuk BBM jenis pertamax berada di harga 53,5 dolar AS per barel.

Sementara pada 2020, rata-rata harga impor bensin yaitu 45,5 per barel untuk bensin dengan nilai oktan 88 (RON 88) atau dikenal dengan merek dagang Premium, sedangkan untuk harga rata-rata impor bensin RON 92 atau Pertamax sekitar 45,7 dolar per barel.

"Ini ada kenaikan harga mengikuti pergerakan harga gasoline di hub Singapura. Memang adanya perkiraan harga kembali naik," tuturnya.