Bagikan:

JAKARTA - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) segera memberangkatkan tim relawan medis dan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Hal ini dilakukan karena Rumah Sakit Indonesia di Gaza kesulitan melakukan pengobatan di mana dokter makin kelelahan dan persediaan obat makin menipis akibat banyaknya korban yang datang ke rumah sakit itu.

"Memandang hal itu, MER-C memandang perlu mengirimkan tim bedah dan tim bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina," kata Ketua Presidium MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad  dalam konferensi pers di Jakarta dilansir ANTARA, Selasa, 10 Oktober.

Sarbini menyebutkan  MER-C akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia dan KBRI Kairo untuk memfasilitasi keberangkatan tim medis dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

"Tim ini akan dipimpin oleh orang yang sangat berpengalaman, yang sering ke Gaza, yaitu Ir. Faried Thalib," kata  Sarbini.

Dia mengatakan MER-C memutuskan meminta relawan agar tetap di Gaza untuk membantu korban, dengan catatan relawan itu harus bisa menjaga diri dan tidak melakukan hal-hal yang mencelakakan diri sendiri.

Sarbini menegaskan para relawan akan tinggal di RS Indonesia dan memprioritaskan diri  membantu para korban di Gaza.

Faried Thalib mengungkapkan   tim relawan medis dari Indonesia berjumlah lima orang.

"Ada dokter bedah, dokter ortopedi, dokter anestesi, dan dua orang lagi adalah engineer dan pembantu engineer untuk tetap berada di Gaza," kata Faried.

Faried menjelaskan MER-C berencana membangun poli spesialis di samping RS Indonesia, namun prioritas utama saat ini adalah membantu korban.

Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Senin, 9 Oktober mengimbau WNI di Palestina dan Israel meningkatkan kewaspadaan dan terus menjalin komunikasi dengan perwakilan RI.

Berdasarkan data terbaru, 45 WNI berada di Palestina yang 10 orang di antaranya berada di Gaza dan lainnya di Tepi Barat.

Selain itu, ada 230 WNI yang sedang wisata religi di berbagai titik di Israel dan hingga kini tidak ada laporan WNI menjadi korban.

Sabtu pekan lalu Brigade Al-Qassam, yang merupakan sayap bersenjata kelompok Hamas melancarkan serangan roket ke wilayah, bandara, dan instalasi militer Israel.

Pada hari yang sama, Kabinet Keamanan Israel menggelar pertemuan dan memutuskan tujuan serangan balasan Israel adalah menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.