Hingga Jumat, Militer Myanmar Tahan 134 Orang: Politisi, Sutradara hingga Biksu
Militer Myanmar berjaga di depan Mandalay Palace. (WIkimedia Commons/ Adam Jones)

Bagikan:

JAKARTA - Asosiasi Bantuan Hukum Tahanan Politik (AAPP) Myanmar mencatat, ada 134 orang yang ditahan oleh Militer Myanmar hingga Jumat 5 Februari. Tak hanya politisi, namun ada juga aktivis politik, sutradara, penulis bahkan hingga biksu. 

Sementara banyak tahanan masih belum diketahui keberadaannya, tindakan keras militer juga meningkat pada hari Kamis dengan penangkapan tiga mahasiswa di Wilayah Mandalay yang memprotes secara damai terhadap kudeta 

Hanya sebagian dari 134 tahanan yang telah dibebaskan dari tempat mereka ditahan di akomodasi pemerintah dan dijadikan tahanan rumah. Anggota pemerintah serikat, anggota kabinet negara bagian dan daerah serta ketua parlemen termasuk di antara mereka yang menjadi tahanan rumah.

"Kami sangat prihatin atas keselamatan dan kesehatan para tahanan yang keberadaannya masih belum diketahui," kata Ko Aung Myo Kyaw dari AAPP, melansir The Irrawaddy.

Aktivis demokrasi terkemuka Ko Mya Aye, pembuat film Min Htin Ko Ko Gyi, aktivis mahasiswa Ko Min Thway Thit, penulis dan anggota Komite Pembangunan Kota Yangon Daw Than Myint Aung, penulis Maung Thar Cho, penulis U Htin Linn Oo hingga biksu U Thawbita, Shwe Nya War Sayadaw dan Sayadaw U Arriyawuntha termasuk di antara mereka yang ditahan sejak Senin.

“Semua tahanan harus dibebaskan,” kata Ko Aung Myo, menambahkan bahwa mengunci warga sipil yang tidak dituntut lebih dari 24 jam adalah penahanan yang melanggar hukum dan pelanggaran berat hak asasi manusia.

Penahanan juga membuat keluarga sangat tertekan. Wutyee Yanant, putri Ko Mya Aye, menuliskan di Tweeter bahwa pihak keluarga masih belum mengetahui lokasi dan kondisi ayahnya bersama dengan aktivis lain yang telah ditahan. 

Putri Ko Mya Aye memberi tahu The Irrawaddy bahwa ayahnya ditangkap sekitar pukul 5:30 pada hari Senin dan keluarganya tidak mendengar apa-apa sejak itu.

“Sebagai sebuah keluarga, kami ingin tahu setidaknya keberadaannya dan apakah dia dalam keadaan sehat,” lirih Wutyee Yanant.

“Saya tidak pernah mengira akan melihat ayah saya ditangkap lagi. Tidak mendengar apa-apa tentang dia meningkatkan kekhawatiran kita," imbuhnya.