HALTENG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, mengantisipasi dampak susulan banjir, serta mengevakuasi warga yang terdampak banjir yang menggenang sejak Rabu (13/9) pagi.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebut banjir dengan ketinggian hingga 75 sentimeter menggenang dua kecamatan di kabupaten itu.
"Petugas BPBD telah berada di lokasi untuk melakukan penanganan darurat. Di samping itu, petugas masih bersiaga untuk mengantisipasi dampak susulan atau pun upaya evakuasi warga," kata Abdul dilansir ANTARA, Rabu, 13 September.
Data sementara mencatat empat unit rumah terdampak di Kecamatan Weda, sedangkan akses jalan di beberapa titik terendam dan tinggi permukaan air teramati hingga 75 cm.
Abdul mengatakan meskipun banjir melanda dua kecamatan, belum ada warga yang melakukan pengungsian.
Pantauan di lokasi itu tercatat kondisi tinggi permukaan air di Kecamatan Weda mulai berangsur surut. Sedangkan di satu area lain, Desa Lelief, Kecamatan Weda Tengah, masih tergenang, salah satunya teridentifikasi di kawasan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park.
BPBD setempat melaporkan bahwa hujan dengan intensitas ringan masih mengguyur di wilayah terdampak hingga malam ini.
Bencana hidro meteorologi basah ini terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi turun, sehingga debit air sungai setempat meluap.
Sebelumnya, BPBD Provinsi Maluku Utara telah mendapatkan informasi peringatan dini bahaya banjir bahwa periode 12-13 September 2023, potensi hujan lebat yang terjadi dapat menyebabkan banjir. Selanjutnya informasi ini sudah diteruskan kepada BPBD kabupaten dan masyarakat.
BACA JUGA:
"Melihat peringatan dini cuaca dua hari ke depan (14-15/9),a Maluku Utara masih berpotensi hujan lebat yang disertai petir atau kilat dan angin kencang. Sedangkan pada Kabupaten Halmahera Tengah, wilayah ini masih berpeluang hujan dengan intensitas ringan hingga sedang dua hari ke depan," ujar dia.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi bencana susulan. Tak hanya banjir, kesiapsiagaan juga diperlukan untuk menyikapi potensi bahaya lain yang dapat dipicu curah hujan tinggi, seperti tanah longsor.
Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia sedang berada pada musim kemarau, keberadaan gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvin menyebabkan awan hujan yang memicu terjadinya banjir di beberapa tempat di bagian utara garis Khatulistiwa.