Bagikan:

PEKANBARU - Sebanyak 322 titik panas (hotspot) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terdeteksi di delapan provinsi di wilayah Sumatera. Hotspot terbanyak berada di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang berjumlah 158 titik.

Selanjutnya di Bengkulu satu titik, Jambi tujuh titik, Sumatera Barat 10 titik, Lampung 67 titik, Sumatera Utara dua, Bangka Belitung 69 titik dan Riau delapan titik.

Forecaster on Duty BMKG SSK II Pekanbaru, Anggun, mengatakan, Kota Pekanbaru sempat mengalami kabut dan jarak pandang terbatas pada pagi hari ini, Senin 11 September. Namun, hal itu bukan berasal dari asap dari karhutla.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Ramlan menjelaskan, kabut di pagi hari yang menyelimuti Kota Pekanbaru dan sekitarnya merupakan udara kabur atau haze.

"Hal yang demikian kita sebut udara kabur atau haze. Hal ini disebabkan oleh embun pagi dan kelembapan udara di permukaan yang tinggi, sehingga partikel udara bergerak lambat dan berat," ujarnya.

Namun, kata dia, seiring munculnya sinar matahari, kondisi haze mulai terurai dan terangkat ke udara.

Sebelumnya, total 1.146,79 hektare (ha) lahan di Provinsi Riau telah terbakar sejak Januari 2023. Terbaru, karhutla melanda Kota Pekanbaru pada Senin (7/8/2023) malam. Dalam peristiwa itu total setengah hektare lahan milik warga terbakar.

Sesuai data dari BPBD Provinsi Riau, Karhutla terluas terjadi di Kabupaten Bengkalis yang mencapai hampir 378 hektare. Selanjutnya di Kabupaten Rokan Hilir 230 ha, Kota Dumai 112,87 ha, Kabupaten Pelalawan 91,2 ha, Kabupaten Kampar 74,84 ha, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) 85,07 ha.

Selain itu, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) 49,20 ha, Kabupaten Siak 41,32 ha, Kota Pekanbaru 37,82 ha, Rokan Hulu (Rohul) 26,40 ha, Kabupaten Meranti 18,25 ha, dan Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) 2 ha.