JAKARTA - Uskup Agung Myanmar Kardinal Charles Maung Bo menilai, kudeta yang terjadi di Myanmar saat ini lantaran kurangnya dialog dan komunikasi pemerintah dengan militer Myanmar, sekaligus kurangnya penerimaan satu sama lain, merujuk pada dugaan militer akan kecurangan pada Pemilu 2020.
Hal ini seperti tertuang dalam pesan yang dikeluarkan oleh Kardinal Charles Maung Bo pada Rabu 3 Januari malam waktu setempat.
"Kudeta terjadi karena kurang dialog dan saling komunikasi antara kedua belah pihak (militer dan pemerintah). Tolong saling mendengarkan," katanya seperti melansir The Irrawaddy.
Selain itu, Kardinal Charles Maung Bo juga meminta publik tidak menggunakan kekerasan, tetap tenang dalam menyuarakan penentangan terhadap kudeta militer Myanmar awal pekan ini.
“Saya mengimbau Anda masing-masing, tetap tenang, jangan pernah menjadi korban kekerasan. Bahkan pada saat yang paling menantang ini, saya percaya bahwa perdamaian adalah satu-satunya jalan. Selalu ada cara non-kekerasan untuk mengekspresikan protes kami," imbaunya.
BACA JUGA:
Kardinal Charles Maung Bo berharap, kudeta dan konsekuensi menyakitkan yang menghancurkan rakyat Myanmar ini segera berlalu dan bisa diselesaikan.
"Kudeta ini menyakitkan dan telah menghancurkan rakyat kami. Mari kita selesaikan semua sengketa melalui dialog,” harapnya.