Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menyinggung parpol terkena dampak kerja sama politik NasDem-PKB yang mengusung duet Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Grace mengoreksi langkah itu dengan anjuran "ojo kesusu".

Awalnya Grace menyorot surat pinangan menjadi pendamping menghadapi Pilpres 2024 yang ditulis bakal capres Anies Baswedan untuk Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY.

"Yang sudah meminang pakai surat ditulis tangan, bisa tiba-tiba menikung dan meninggalkan," kata Grace dalam akun X-nya, Jumat 1 September.

Kemudian sorotan tertuju pada Cak Imin yang telah deklarasi mendukung Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Namun mendadak, Cak Imin pindah haluan jadi cawapres pendamping Anies yang jelas-jelas beda koalisi.

"Yang sudah ikut deklarasi dukungan capres, bisa tiba-tiba jadi cawapres dari capres lain," kata Grace.

Menurut Grace peta politik menghadapi Pemilu 2024 masih terus bergerak. Menurutnya, masih banyak kejutan yang terjadi dalam kontestasi demokrasi lima tahunan. "Yah begitulah, memang masih cair situasinya," imbuhnya.

Maka dari itu, kata Grace, parpolnya masih terus mengamati dinamika politik dengan tidak terburu-buru menjalin kerja sama politik ajek dengan parpol lain peserta Pemilu 2024.

"Makanya ojo kesusu. Tidak usah buru-buru. Mari kita nantikan kejutan selanjutnya," tandasnya.

Sebelumnya, Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang dibentuk NasDem, Demokrat dan PKS sepakat mengusung Anies Baswedan sebagai Capres 2024. Nama cawapres pendamping Anies kemudian mengkerucut kepada AHY.

Namun tanpa persetujuan Demokrat, Anies kemudian dipasangankan dengan Cak Imin. Demokrat yang kecewa menyebutkan pengusungan itu merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Piagam Koalisi yang telah disepakati ketiga partai politik anggota KKP.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya menyebutkan pengusungan duet Anies-Cak Imin dilakukan tanpa melibatkan Demokrat. Teuku mengungkapkan keputusan itu atas inisiatif Ketum Nasdem, Surya Paloh.

Menyikapi hal itu, Demokrat akan melakukan rapat Majelis Tinggi Partai di kediaman Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat, 1 September. Hasilnya Demokrat resmi mencabut dukungannya untuk bakal capres Anies Baswedan sekaligus keluar dari KPP.

Keputusan itu disampaikan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Alfian Mallarangeng yang mengumumkan dua poin hasil Majelis Tinggi Partai usai rapat.

"Setelah rapat, Majelis Tinggi Partai memutuskan sebagai berikut; yang pertama, Partai Demokrat mencabut dukungan kepada Saudara Anies Baswedan sebagai (bakal) calon presiden dalam Pilpres 2024. Kedua, Partai Demokrat tidak lagi berada dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) karena telah terjadi pengingkaran terhadap kesepakatan yang dibangun selama ini," kata Andi Mallarangeng.